Tuesday, March 10, 2015

Kisah Juraij dan Sang Bayi


Diriwayatkan oleh Abu Hurairah (ra) bahwa Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda: “Tidak ada bayi yang dapat berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi: 

(1) Isa bin Maryam, (2) bayi dalam perkara Juraij.” Juraij adalah seorang laki-laki yang rajin beribadah. Ia membangun tempat peribadatan dan senantiasa beribadah di tempat itu. Ketika sedang melaksanakan shalat sunnah, tiba-tiba ibunya datang dan memanggilnya; ‘Hai Juraij! ‘ Juraij bertanya dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, melanjutkan shalatku ataukah memenuhi panggilan ibuku? ‘ Akhirnya ia pun meneruskan shalatnya itu hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.


Keesokan harinya, ibunya datang lagi kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan shalat sunnah. Kemudian ibunya memanggilnya; ‘Hai Juraij! ‘ Kata Juraij dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku ataukah shalatku? ‘ Lalu Juraij tetap meneruskan shalatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya. Hari berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan shalat sunnah. Seperti biasa ibunya memanggil; ‘Hai Juraij! ‘ Kata Juraij dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang harus aku utamakan, meneruskan shalatku ataukah memenuhi seruan ibuku? ‘ Namun Juraij tetap meneruskan shalatnya dan mengabaikan seruan ibunya.

Tak lama kemudian ibunya pun berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat fitnah dari perempuan pelacur! ‘ Kaum Bani Israil selalu memperbincangkan tentang Juraij dan ibadahnya, hingga ada seorang wanita pelacur yang cantik berkata; ‘Jika kalian menginginkan popularitas Juraij hancur di mata masyarakat, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian.’

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun meneruskan sabdanya: ‘Maka mulailah pelacur itu menggoda dan membujuk Juraij, tetapi Juraij tidak mudah terpedaya dengan godaan pelacur tersebut. Kemudian pelacur itu pergi mendatangi seorang penggembala ternak yang kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij. Ternyata wanita tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala itu melakukan perzinaan dengannya sampai akhirnya hamil.

Setelah melahirkan, wanita pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya bahwa; ‘Bayi ini adalah hasil perbuatan aku dengan Juraij.’ Mendengar pengakuan wanita itu, masyarakat pun menjadi marah dan benci kepada Juraij. Kemudian mendatangi rumah peribadatan Juraij dan bahkan menghancurkannya. Selain itu, mereka pun bersama-sama menghakimi Juraij tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya.

Lalu Juraij bertanya kepada mereka; ‘Mengapa kalian lakukan hal ini kepadaku? ‘ Mereka menjawab; ‘Kami lakukan hal ini kepadamu karena kamu telah berbuat zina dengan pelacur ini hingga ia melahirkan bayi dari hasil perbuatanmu.’ Juraij berseru; ‘Dimanakah bayi itu? ‘ Kemudian mereka menghadirkan bayi hasil perbuatan zina itu.

Kemudian Juraij berseru; ‘berikan kesempatan padaku untuk sholat’, kemudian ia pun sholat, setelah itu ia lantas mendatangi bayi itu dan menyentuh perutnya dengan jari tangannya seraya bertanya; ‘Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu? ‘ Ajaibnya, sang bayi langsung menjawab; ‘Ayah saya adalah si fulan, seorang penggembala.’Akhirnya mereka menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya dan mengharap berkah darinya. Setelah itu mereka pun berkata; ‘Kami akan membangun kembali tempat ibadahmu ini dengan bahan yang terbuat dari emas.’ Namun Juraij menolak dan berkata; ‘Tidak usah, tetapi kembalikan saja rumah ibadah seperti semula yang terbuat dari tanah liat.’ Akhirnya mereka pun mulai melaksanakan pembangunan rumah ibadah itu seperti semula. 

(Dan bayi ketiga), Ada seorang bayi sedang menyusu kepada ibunya, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menunggangi tunggangannya dengan gagah dan berpakaian yang bagus pula. Lalu ibu bayi tersebut berkata; ‘Ya Allah, jadikanlah anakku ini seperti laki-laki yang sedang mengendarai hewan tunggangan itu! ‘ Ajaibnya, bayi itu berhenti dari susuannya, lalu menghadap dan memandang kepada laki-laki tersebut sambil berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! ‘ Setelah itu, bayi tersebut langsung menyusu kembali kepada ibunya.

Abu Hurairah berkata; ‘Sepertinya saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan susuan bayi itu dengan memperagakan jari telunjuk beliau yang dihisap dengan mulut beliau.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meneruskan sabdanya: ‘Pada suatu ketika, ada beberapa orang yang menyeret dan memukuli seorang wanita seraya berkata; ‘Kamu telah berzina dan mencuri.’ Tetapi wanita itu tetap tegar dan berkata; ‘Hanya Allah lah penolongku. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik penolongku.’

Kemudian ibu bayi itu berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ‘ Tiba-tiba bayi tersebut berhenti dari susuan ibunya, lalu memandang wanita tersebut seraya berkata; ‘Ya Allah, jadikanlah aku sepertinya! ‘ Demikian pernyataan ibu dan bayinya itu terus berlawanan, hingga ibu tersebut berkata kepada bayinya; ‘Celaka kamu hai anakku! Tadi, ada seorang laki-laki yang gagah dan menawan lewat di depan kita, lalu aku berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti laki-laki itu! Namun kamu malah mengatakan; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu!

Kemudian, tadi ada beberapa orang menyeret dan memukuli seorang wanita sambil berkata; ‘kamu telah berzina, kamu telah mencuri’, aku berdoa: ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ‘ Tetapi kamu malah berkata; ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu! ‘.

Mendengar pernyataan ibunya itu, sang bayi pun menjawab; ‘Sesungguhnya laki-laki yang gagah itu seorang yang sombong,maka aku mengucapkan; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! ‘ Sementara wanita yang dituduh mencuri dan berzina itu tadi sebenarnya adalah seorang wanita yang shalihah, tidak pernah berzina, ataupun mencuri. Oleh karena itu, aku pun berdoa; ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!”[1]
(HR. Bukhari No. 3436 dan Muslim No. 2550)


Siapa sajakah bayi-bayi yang dapat berbicara sepanjang sejarah?

Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah keseluruhan bayi yang dapat berbicara, Imam Qurtubi berpendapat bahwa membatasi jumlah bayi yang dapat berbicara hanya dengan 3 bayi sebagaimana disebutkan dalam hadis di atas adalah hal yang keliru, adapun Imam Nawawi berpendapat bahwa 3 bayi yang disebutkan dalam hadis di atashanyalah bayi-bayi yang berbicara ketika masih “dalam buaian” ibunya, sedangkan bayi-bayi lainnya yang juga dapat berbicara, tidak disebutkan dalam hadis di atas karena sudah tidak lagi dalam “masa buaian” walaupun usianya masih kecil.

Adapun Ibnu Hajar, beliau berpendapat bahwa total jumlah anak kecil yang mampu berbicara adalah 7 anak, yaitu:
(1) Nabi Isa (‘Alaihissalam).
(2)Anak kecil saksinya Juraij.
(3) Anakseorang perempuan (Masyithah) yang dilemparkan oleh Fir’aun ke dalam api.
(4) Anak kecil yang membela Nabi Yusuf (as) ketika difitnah oleh Zulaikhaseperti yang diisyaratkan oleh

Allah di dalam Al-Quran:

قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا إِنْ كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِين

Dia (Yusuf) berkata, “Dia yang menggodaku dan merayu diriku. Dan seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, “Jika baju gamis koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta” (Qs. Yusuf: 26)
(5) Nabi Yahya (‘Alaihissalam).
(6) Nabi Ibrahim (‘Alaihissalam).
(7) Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam) pada masa kecilnya.

Bahkan, jika anak dari seorang perempuan yang akan dilemparkan ke dalam api di dalam kisah “Ashabul Ukhdud” yang berkata “bersabarlah wahai ibuku” dan seorang anak pada masa Rasulullah (saw) yang dijuluki “Mubarakul Yamamah” juga dihitung, maka jumlah anak-anak kecil yang dapat berbicara akan menjadi 9 anak.


Apa saja pelajaran yang dapat kita ambil dari kisah Juraij?

1. Wajibnya berbakti kepada orang tua, dan hendaknya kita menjaga perasaan mereka karena doa orang tua adalah satu satu doa yang paling dikabulkan oleh Allah. Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah : “Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan kedua orang tua kepada anaknya.” (Adabul Mufrad lil Bukhari No. 32)

2. Orang yang berilmu lebih utama dibandingkan Ahli Ibadah. Jika saja Juraij orang yang berilmu, tentunya ia lebih memilih mendahulukan orang tuanya daripada sholat sunnahnya, karena berbakti kepada orang tua adalah wajib, amalan yang wajib harus didahulukan daripada yang sunnah.

3. Hadis ini menunjukkan bahwa adanya pertolongan Allah untuk hambanya yang shalih, di dalam kisah ini Allah memberikan kemampuan berbicara kepada seorang bayi untuk memberikan kesaksian atas Juraij, sama persis dengan pertolongan Allah terhadap Nabi Yusuf (‘Alaihissalam) ketika difitnah oleh Zulaikha.

Wallahu ‘alamu bish Shawab.

*Mahasiswa Fakultas Ilahiyyat Istanbul University

Referensi:
Shahih Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il al-Bukhari,Dar Thauqin Najah, cetakan pertama tahun 1422 H.
Shahih Al-Muslim, Muslim bin Hajjaj al-Qusyairi, Dar Ihya al-Turas al-Arabi, Beirut.
Fathul Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Darul Ma’rifah, Beirut,1379 H.
Ruhul Bayan fi Tafsir Al-Quran, Ismail Hakki Al-Istanbuli Al-Hanafi, Dar Al-Fikr, Beirut.





[1] عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:
" لَمْ يَتَكَلَّمْ فِي الْمَهْدِ إِلَّا ثَلَاثَةٌ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ، وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ، وَكَانَ جُرَيْجٌ رَجُلًا عَابِدًا، فَاتَّخَذَ صَوْمَعَةً، فَكَانَ فِيهَا، فَأَتَتْهُ أُمُّهُ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ فَقَالَ: يَا رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي، فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ، فَانْصَرَفَتْ، فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ أَتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ فَقَالَ: يَا رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي، فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ، فَانْصَرَفَتْ، فَلَمَّا كَانَ مِنَ الْغَدِ أَتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ فَقَالَ: أَيْ رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي، فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ، فَقَالَتْ: اللهُمَّ لَا تُمِتْهُ حَتَّى يَنْظُرَ إِلَى وُجُوهِ الْمُومِسَاتِ، فَتَذَاكَرَ بَنُو إِسْرَائِيلَ جُرَيْجًا وَعِبَادَتَهُ وَكَانَتِ امْرَأَةٌ بَغِيٌّ يُتَمَثَّلُ بِحُسْنِهَا، فَقَالَتْ: إِنْ شِئْتُمْ لَأَفْتِنَنَّهُ لَكُمْ، قَالَ: فَتَعَرَّضَتْ لَهُ، فَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَيْهَا، فَأَتَتْ رَاعِيًا كَانَ يَأْوِي إِلَى صَوْمَعَتِهِ، فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا، فَوَقَعَ عَلَيْهَا فَحَمَلَتْ، فَلَمَّا وَلَدَتْ قَالَتْ: هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ، فَأَتَوْهُ فَاسْتَنْزَلُوهُ وَهَدَمُوا صَوْمَعَتَهُ وَجَعَلُوا يَضْرِبُونَهُ فَقَالَ: مَا شَأْنُكُمْ؟ قَالُوا: زَنَيْتَ بِهَذِهِ الْبَغِيِّ، فَوَلَدَتْ مِنْكَ، فَقَالَ: أَيْنَ الصَّبِيُّ؟ فَجَاءُوا بِهِ، فَقَالَ: دَعُونِي حَتَّى أُصَلِّيَ، فَصَلَّى، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَتَى الصَّبِيَّ فَطَعَنَ فِي بَطْنِهِ، وَقَالَ: يَا غُلَامُ مَنْ أَبُوكَ؟ قَالَ: فُلَانٌ الرَّاعِي، قَالَ: فَأَقْبَلُوا عَلَى جُرَيْجٍ يُقَبِّلُونَهُ وَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ، وَقَالُوا: نَبْنِي لَكَ صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ، قَالَ: لَا، أَعِيدُوهَا مِنْ طِينٍ كَمَا كَانَتْ، فَفَعَلُوا.
وَبَيْنَا صَبِيٌّ يَرْضَعُ مِنْ أُمِّهِ، فَمَرَّ رَجُلٌ رَاكِبٌ عَلَى دَابَّةٍ فَارِهَةٍ، وَشَارَةٍ حَسَنَةٍ، فَقَالَتْ أُمُّهُ: اللهُمَّ اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَ هَذَا، فَتَرَكَ الثَّدْيَ وَأَقْبَلَ إِلَيْهِ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ، فَقَالَ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى ثَدْيِهِ فَجَعَلَ يَرْتَضِعُ ". قَالَ: فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يَحْكِي ارْتِضَاعَهُ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ فِي فَمِهِ، فَجَعَلَ يَمُصُّهَا، قَالَ: " وَمَرُّوا بِجَارِيَةٍ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ: زَنَيْتِ، سَرَقْتِ، وَهِيَ تَقُولُ: حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ، فَقَالَتْ أُمُّهُ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا، فَتَرَكَ الرَّضَاعَ وَنَظَرَ إِلَيْهَا، فَقَالَ: اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا، فَهُنَاكَ تَرَاجَعَا الْحَدِيثَ، فَقَالَتْ: حَلْقَى مَرَّ رَجُلٌ حَسَنُ الْهَيْئَةِ فَقُلْتُ: اللهُمَّ اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهُ، فَقُلْتَ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَمَرُّوا بِهَذِهِ الْأَمَةِ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا وَيَقُولُونَ زَنَيْتِ، سَرَقْتِ، فَقُلْتُ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا فَقُلْتَ: اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا، قَالَ: إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ كَانَ جَبَّارًا، فَقُلْتُ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَإِنَّ هَذِهِ يَقُولُونَ لَهَا زَنَيْتِ وَلَمْ تَزْنِ، وَسَرَقْتِ وَلَمْ تَسْرِقْ فَقُلْتُ: اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا "
(متفق عليه)


Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home