Kisah Juraij dan Sang Bayi
Oleh Jaini Mukhlis*
Diriwayatkan oleh Abu
Hurairah (ra) bahwa Nabi (shallallahu ‘alaihi wasallam) bersabda: “Tidak ada bayi yang dapat
berbicara ketika masih berada dalam buaian kecuali tiga bayi:
(1)
Isa bin Maryam, (2)
bayi dalam perkara Juraij.” Juraij adalah seorang laki-laki yang rajin beribadah. Ia membangun tempat
peribadatan dan senantiasa beribadah di tempat itu. Ketika sedang melaksanakan
shalat sunnah, tiba-tiba ibunya datang dan memanggilnya; ‘Hai Juraij! ‘ Juraij
bertanya dalam hati; ‘Ya Allah, manakah yang lebih aku utamakan, melanjutkan
shalatku ataukah memenuhi panggilan ibuku? ‘ Akhirnya ia pun meneruskan
shalatnya itu hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.
Keesokan harinya, ibunya
datang lagi kepadanya sedangkan Juraij sedang melakukan shalat sunnah. Kemudian
ibunya memanggilnya; ‘Hai Juraij! ‘ Kata Juraij dalam hati; ‘Ya Allah, manakah
yang lebih aku utamakan, memenuhi seruan ibuku ataukah shalatku? ‘ Lalu Juraij
tetap meneruskan shalatnya hingga ibunya merasa kecewa dan beranjak darinya.
Hari berikutnya, ibunya datang lagi ketika Juraij sedang melaksanakan shalat
sunnah. Seperti biasa ibunya memanggil; ‘Hai Juraij! ‘ Kata Juraij dalam hati;
‘Ya Allah, manakah yang harus aku utamakan, meneruskan shalatku ataukah
memenuhi seruan ibuku? ‘ Namun Juraij tetap meneruskan shalatnya dan
mengabaikan seruan ibunya.
Tak lama kemudian ibunya pun
berdoa kepada Allah; ‘Ya Allah, janganlah Engkau matikan ia sebelum ia mendapat
fitnah dari perempuan pelacur! ‘ Kaum Bani Israil selalu memperbincangkan
tentang Juraij dan ibadahnya, hingga ada seorang wanita pelacur yang cantik
berkata; ‘Jika kalian menginginkan popularitas Juraij hancur di mata
masyarakat, maka aku dapat memfitnahnya demi kalian.’
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam pun meneruskan sabdanya: ‘Maka mulailah pelacur itu menggoda
dan membujuk Juraij, tetapi Juraij tidak mudah terpedaya dengan godaan pelacur
tersebut. Kemudian pelacur itu pergi mendatangi seorang penggembala ternak yang
kebetulan sering berteduh di tempat peribadatan Juraij. Ternyata wanita
tersebut berhasil memperdayainya hingga laki-laki penggembala itu melakukan
perzinaan dengannya sampai akhirnya hamil.
Setelah melahirkan, wanita
pelacur itu berkata kepada masyarakat sekitarnya bahwa; ‘Bayi ini adalah hasil
perbuatan aku dengan Juraij.’ Mendengar pengakuan wanita itu, masyarakat pun
menjadi marah dan benci kepada Juraij. Kemudian mendatangi rumah peribadatan
Juraij dan bahkan menghancurkannya. Selain itu, mereka pun bersama-sama
menghakimi Juraij tanpa bertanya terlebih dahulu kepadanya.
Lalu Juraij bertanya kepada
mereka; ‘Mengapa kalian lakukan hal ini kepadaku? ‘ Mereka menjawab; ‘Kami
lakukan hal ini kepadamu karena kamu telah berbuat zina dengan pelacur ini
hingga ia melahirkan bayi dari hasil perbuatanmu.’ Juraij berseru; ‘Dimanakah
bayi itu? ‘ Kemudian mereka menghadirkan bayi hasil perbuatan zina itu.
Kemudian Juraij berseru;
‘berikan kesempatan padaku untuk sholat’, kemudian ia pun sholat, setelah itu
ia lantas mendatangi bayi itu dan menyentuh perutnya dengan jari tangannya
seraya bertanya; ‘Hai bayi kecil, siapakah sebenarnya ayahmu itu? ‘ Ajaibnya, sang bayi
langsung menjawab; ‘Ayah saya adalah si fulan, seorang penggembala.’Akhirnya mereka menaruh hormat kepada Juraij. Mereka menciuminya dan
mengharap berkah darinya. Setelah itu mereka pun berkata; ‘Kami akan membangun
kembali tempat ibadahmu ini dengan bahan yang terbuat dari emas.’ Namun Juraij
menolak dan berkata; ‘Tidak usah, tetapi kembalikan saja rumah ibadah seperti
semula yang terbuat dari tanah liat.’ Akhirnya mereka pun mulai melaksanakan
pembangunan rumah ibadah itu seperti semula.
(Dan bayi ketiga), Ada
seorang bayi sedang menyusu kepada ibunya, tiba-tiba
ada seorang laki-laki yang menunggangi tunggangannya dengan gagah dan
berpakaian yang bagus pula. Lalu ibu bayi tersebut berkata; ‘Ya Allah,
jadikanlah anakku ini seperti laki-laki yang sedang mengendarai hewan
tunggangan itu! ‘ Ajaibnya, bayi itu berhenti
dari susuannya, lalu menghadap dan memandang kepada laki-laki tersebut sambil
berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu! ‘ Setelah itu, bayi tersebut langsung menyusu kembali kepada ibunya.
Abu Hurairah berkata;
‘Sepertinya saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan
susuan bayi itu dengan memperagakan jari telunjuk beliau yang dihisap dengan
mulut beliau.’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meneruskan sabdanya: ‘Pada
suatu ketika, ada beberapa orang yang menyeret dan memukuli seorang wanita
seraya berkata; ‘Kamu telah berzina dan mencuri.’ Tetapi wanita itu tetap tegar
dan berkata; ‘Hanya Allah lah penolongku. Sesungguhnya Dialah sebaik-baik
penolongku.’
Kemudian ibu bayi itu
berkata; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku seperti wanita itu! ‘
Tiba-tiba bayi tersebut
berhenti dari susuan ibunya, lalu memandang wanita tersebut seraya berkata; ‘Ya
Allah, jadikanlah aku sepertinya! ‘ Demikian pernyataan ibu dan bayinya itu terus berlawanan, hingga ibu
tersebut berkata kepada bayinya; ‘Celaka kamu hai anakku! Tadi, ada seorang
laki-laki yang gagah dan menawan lewat di depan kita, lalu aku berdoa kepada
Allah; ‘Ya Allah, jadikanlah anakku seperti laki-laki itu! Namun kamu malah
mengatakan; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki itu!
Kemudian, tadi ada beberapa
orang menyeret dan memukuli seorang wanita sambil berkata; ‘kamu telah berzina,
kamu telah mencuri’, aku berdoa: ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan anakku
seperti wanita itu! ‘ Tetapi kamu malah berkata; ‘Ya Allah, jadikanlah aku
seperti wanita itu! ‘.
Mendengar pernyataan ibunya
itu, sang bayi pun menjawab; ‘Sesungguhnya laki-laki yang gagah itu seorang
yang sombong,maka aku mengucapkan; ‘Ya Allah, janganlah Engkau jadikan aku seperti laki-laki
itu! ‘ Sementara wanita yang dituduh mencuri dan berzina itu tadi sebenarnya
adalah seorang wanita yang shalihah, tidak pernah berzina, ataupun mencuri.
Oleh karena itu, aku pun berdoa; ‘Ya Allah, jadikanlah aku seperti wanita itu!”[1]
(HR. Bukhari No. 3436 dan Muslim No. 2550)
Siapa sajakah bayi-bayi yang
dapat berbicara sepanjang sejarah?
Para ulama berbeda pendapat mengenai jumlah keseluruhan
bayi yang dapat berbicara, Imam Qurtubi berpendapat bahwa membatasi jumlah bayi
yang dapat berbicara hanya dengan 3 bayi sebagaimana disebutkan dalam hadis di
atas adalah hal yang keliru, adapun Imam Nawawi berpendapat bahwa 3 bayi yang
disebutkan dalam hadis di atashanyalah bayi-bayi yang berbicara ketika masih
“dalam buaian” ibunya, sedangkan bayi-bayi lainnya yang juga dapat berbicara,
tidak disebutkan dalam hadis di atas karena sudah tidak lagi dalam “masa buaian”
walaupun usianya masih kecil.
Adapun Ibnu Hajar, beliau berpendapat bahwa total
jumlah anak kecil yang mampu berbicara adalah 7 anak, yaitu:
(1)
Nabi Isa (‘Alaihissalam).
(2)Anak kecil saksinya Juraij.
(3)
Anakseorang
perempuan (Masyithah) yang dilemparkan oleh Fir’aun ke dalam api.
(4)
Anak
kecil yang membela Nabi Yusuf (as) ketika difitnah oleh Zulaikhaseperti yang
diisyaratkan oleh
Allah di dalam Al-Quran:
قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَنْ نَفْسِي وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِنْ أَهْلِهَا إِنْ
كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِنْ قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِين
Dia (Yusuf) berkata, “Dia yang
menggodaku dan merayu diriku”. Dan seorang saksi dari
keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, “Jika baju gamis koyak di
bagian depan, maka perempuan itu benar dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta” (Qs. Yusuf: 26)
(5) Nabi Yahya (‘Alaihissalam).
(6)
Nabi Ibrahim (‘Alaihissalam).
(7)
Nabi Muhammad (shallallahu ‘alaihi wasallam)
pada masa kecilnya.
Bahkan, jika anak dari seorang perempuan yang akan
dilemparkan ke dalam api di dalam kisah “Ashabul Ukhdud” yang berkata
“bersabarlah wahai ibuku” dan seorang anak pada masa Rasulullah (saw) yang
dijuluki “Mubarakul Yamamah” juga dihitung, maka jumlah anak-anak kecil yang
dapat berbicara akan menjadi 9 anak.
Apa saja pelajaran yang dapat
kita ambil dari kisah Juraij?
1. Wajibnya
berbakti kepada orang tua, dan hendaknya kita menjaga perasaan mereka karena
doa orang tua adalah satu satu doa yang paling dikabulkan oleh Allah. Di dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah : “Ada tiga jenis doa yang mustajab (terkabul), tidak diragukan
lagi, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian dan doa kejelekan
kedua orang tua kepada anaknya.” (Adabul Mufrad lil Bukhari No. 32)
2. Orang yang berilmu lebih utama dibandingkan Ahli
Ibadah. Jika saja Juraij orang yang berilmu, tentunya ia lebih memilih
mendahulukan orang tuanya daripada sholat sunnahnya, karena berbakti kepada
orang tua adalah wajib, amalan yang wajib harus didahulukan daripada yang
sunnah.
3. Hadis ini menunjukkan bahwa adanya pertolongan
Allah untuk hambanya yang shalih, di dalam kisah ini Allah memberikan kemampuan
berbicara kepada seorang bayi untuk memberikan kesaksian atas Juraij, sama persis
dengan pertolongan Allah terhadap Nabi Yusuf (‘Alaihissalam) ketika difitnah
oleh Zulaikha.
Wallahu ‘alamu bish Shawab.
*Mahasiswa Fakultas Ilahiyyat
Istanbul University
Referensi:
Shahih Al-Muslim, Muslim
bin Hajjaj al-Qusyairi, Dar Ihya al-Turas al-Arabi, Beirut.
Fathul Bari Syarhu Shahih
al-Bukhari, Ibnu Hajar Al-Asqalani, Darul Ma’rifah, Beirut,1379 H.
Ruhul Bayan fi Tafsir
Al-Quran, Ismail Hakki Al-Istanbuli Al-Hanafi, Dar Al-Fikr, Beirut.
" لَمْ يَتَكَلَّمْ فِي
الْمَهْدِ إِلَّا ثَلَاثَةٌ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ، وَصَاحِبُ جُرَيْجٍ، وَكَانَ
جُرَيْجٌ رَجُلًا عَابِدًا، فَاتَّخَذَ صَوْمَعَةً، فَكَانَ فِيهَا، فَأَتَتْهُ
أُمُّهُ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ فَقَالَ: يَا رَبِّ أُمِّي
وَصَلَاتِي، فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ، فَانْصَرَفَتْ، فَلَمَّا كَانَ مِنَ
الْغَدِ أَتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي، فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ فَقَالَ: يَا رَبِّ
أُمِّي وَصَلَاتِي، فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ، فَانْصَرَفَتْ، فَلَمَّا كَانَ
مِنَ الْغَدِ أَتَتْهُ وَهُوَ يُصَلِّي فَقَالَتْ: يَا جُرَيْجُ فَقَالَ: أَيْ
رَبِّ أُمِّي وَصَلَاتِي، فَأَقْبَلَ عَلَى صَلَاتِهِ، فَقَالَتْ: اللهُمَّ لَا
تُمِتْهُ حَتَّى يَنْظُرَ إِلَى وُجُوهِ الْمُومِسَاتِ، فَتَذَاكَرَ بَنُو
إِسْرَائِيلَ جُرَيْجًا وَعِبَادَتَهُ وَكَانَتِ امْرَأَةٌ بَغِيٌّ يُتَمَثَّلُ
بِحُسْنِهَا، فَقَالَتْ: إِنْ شِئْتُمْ لَأَفْتِنَنَّهُ لَكُمْ، قَالَ:
فَتَعَرَّضَتْ لَهُ، فَلَمْ يَلْتَفِتْ إِلَيْهَا، فَأَتَتْ رَاعِيًا كَانَ
يَأْوِي إِلَى صَوْمَعَتِهِ، فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا، فَوَقَعَ عَلَيْهَا
فَحَمَلَتْ، فَلَمَّا وَلَدَتْ قَالَتْ: هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ، فَأَتَوْهُ
فَاسْتَنْزَلُوهُ وَهَدَمُوا صَوْمَعَتَهُ وَجَعَلُوا يَضْرِبُونَهُ فَقَالَ: مَا
شَأْنُكُمْ؟ قَالُوا: زَنَيْتَ بِهَذِهِ الْبَغِيِّ، فَوَلَدَتْ مِنْكَ، فَقَالَ:
أَيْنَ الصَّبِيُّ؟ فَجَاءُوا بِهِ، فَقَالَ: دَعُونِي حَتَّى أُصَلِّيَ،
فَصَلَّى، فَلَمَّا انْصَرَفَ أَتَى الصَّبِيَّ فَطَعَنَ فِي بَطْنِهِ، وَقَالَ:
يَا غُلَامُ مَنْ أَبُوكَ؟ قَالَ: فُلَانٌ الرَّاعِي، قَالَ: فَأَقْبَلُوا عَلَى
جُرَيْجٍ يُقَبِّلُونَهُ وَيَتَمَسَّحُونَ بِهِ، وَقَالُوا: نَبْنِي لَكَ
صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ، قَالَ: لَا، أَعِيدُوهَا مِنْ طِينٍ كَمَا كَانَتْ، فَفَعَلُوا.
وَبَيْنَا
صَبِيٌّ يَرْضَعُ مِنْ أُمِّهِ، فَمَرَّ رَجُلٌ رَاكِبٌ عَلَى دَابَّةٍ فَارِهَةٍ،
وَشَارَةٍ حَسَنَةٍ، فَقَالَتْ أُمُّهُ: اللهُمَّ اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَ هَذَا،
فَتَرَكَ الثَّدْيَ وَأَقْبَلَ إِلَيْهِ، فَنَظَرَ إِلَيْهِ، فَقَالَ: اللهُمَّ لَا
تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى ثَدْيِهِ فَجَعَلَ يَرْتَضِعُ ".
قَالَ: فَكَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَهُوَ يَحْكِي ارْتِضَاعَهُ بِإِصْبَعِهِ السَّبَّابَةِ فِي فَمِهِ، فَجَعَلَ
يَمُصُّهَا، قَالَ: " وَمَرُّوا بِجَارِيَةٍ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا
وَيَقُولُونَ: زَنَيْتِ، سَرَقْتِ، وَهِيَ تَقُولُ: حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ
الْوَكِيلُ، فَقَالَتْ أُمُّهُ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهَا، فَتَرَكَ
الرَّضَاعَ وَنَظَرَ إِلَيْهَا، فَقَالَ: اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا،
فَهُنَاكَ تَرَاجَعَا الْحَدِيثَ، فَقَالَتْ: حَلْقَى مَرَّ رَجُلٌ حَسَنُ
الْهَيْئَةِ فَقُلْتُ: اللهُمَّ اجْعَلِ ابْنِي مِثْلَهُ، فَقُلْتَ: اللهُمَّ لَا
تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَمَرُّوا بِهَذِهِ الْأَمَةِ وَهُمْ يَضْرِبُونَهَا
وَيَقُولُونَ زَنَيْتِ، سَرَقْتِ، فَقُلْتُ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلِ ابْنِي
مِثْلَهَا فَقُلْتَ: اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا، قَالَ: إِنَّ ذَاكَ الرَّجُلَ
كَانَ جَبَّارًا، فَقُلْتُ: اللهُمَّ لَا تَجْعَلْنِي مِثْلَهُ، وَإِنَّ هَذِهِ
يَقُولُونَ لَهَا زَنَيْتِ وَلَمْ تَزْنِ، وَسَرَقْتِ وَلَمْ تَسْرِقْ فَقُلْتُ:
اللهُمَّ اجْعَلْنِي مِثْلَهَا "
(متفق
عليه)
Labels: Diniyyah Islamiyyah, Sejarah, Tulisan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home