Santri dan Ilmu
Dengan niat untuk melanjutkan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi,
menambah wawasan yang tak hanya terbatas di negeri sendiri, negara orang pun
jadi pilihan hati. sekaligus menambahkan cerita yang berbeda dari pengalaman dan pendidikan yang telah diterima
dari kiyai, guru dan teman-teman seperjuangan selama di pondok tercinta. oleh karena itu dengan niat yang
mantap, awal tahun tahun 2017 persiapan pencarian beasiswapun dimulai.
Langkah-langkah pun disiapkan untuk
mendaftar beasiswa. Mulai dari passport, rekomendasi, ijazah, transkip dsb. Kemudian mencari universitas dan negara
yang akan menjadi tujuan, dan setelah memilih, memilah dan ikhtiar Turki pun menjadi pilihan.
Tapi
disayangkan untuk ane dan beberapa teman-teman yang ikut mendaftarakan beasiswa,
tidak satupun dari kami yang diterima. Terdapat sedikit kekecewaan,
tapi untuk apa kecewa bila memang suatu keinginan yang kita harapkan belum
tentu menjadi yang terbaik untuk kita. Kemudian ane memutuskan mencoba lagi untuk mendaftar beasiswa dan juga mencoba
berbagai opsi-opsi yang lain, dan akhirnya berangkatlah ane ke
Turki.
Tahun awal kedatangan ke Turki hal yang
paling menantang adalah bahasa yang sedikit menjadi kendala untuk
berkomunikasi, sehingga sebagian besar pelajar ataupun pendatang dari
negara-negara luar Turki mengambil kursus bahasa Turki, yang menjadi bahasa
resmi dan bahasa pengantar pendidikan di Turki. Begitu juga dengan ane sendiri, walaupun belum terdaftar sebagi pelajar,
setidaknya ane harus belajar bahasa untuk mempermudah komunikasi.
Sebagai santri yang terbiasa hidup mandiri dan menyukai
berbagai tantangan, sehingga menjadi dasar kepercayaan diri dan tertanam dalam
hati,"Sesusah-susahnya dan sepedih-pedihnya hidup di rantaun
semuanya Fisabillillah, Insha Allah", dan
teringat salah satu pesan pak kiyai "Inna Fil Harakati Barakatun," atau
disetiap gerakan, kegiatan yang kita lakukan terdapat berkah didalamnya, yang
berarti selama kita hidup di dunia setiap apa yang kita lakukan baik sebagai
individu atau komunitas selama itu bermanfaat dan timbul dari niat baik akan
mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.
Di samping
menunggu pengumaman wawancara untuk beasiswa, ane mulai ikut berbagai kegiatan,
konfrensi-konfrensi dan juga ikut bergabung menjadi salah satu Volunteer
di sebuah Institusi lembaga kemanusian Indonesia di Turki. Bertemu dengan
berbagai teman-teman baru dan dari negara-negara yang berbeda, sekaligus menambah wawasan serta sharing berbagai ilmu, pengetahuan dan yang paling utama adalah untuk menjalin
silaturrahim.
Dan akhirnya
waktu pengumuman wawancara yang dinantikan pun
datang. Wawancara menjadi hal yang utama dan terpenting untuk mendapatkan
beasiswa karena disanalah waktu kita bertemu dengan pihak pemberi beasiswa, dan
berhadapan langsung dengan
penilaian dari sudut pandang mereka.
Menurut
pendapat ane setidaknya tiga
hal yang menjadi ukuran dasar pihak pemberi beasiswa ketika menilai calon
penerima beasiswa (Awardee). Pertama adalah Sikap; Seperti
halnya ketika kita menghadapi Ujian Lisan, ataupun menjadi penguji dalam Ujian
Lisan di pondok. Saat melihat santri yang masuk ruang ujian dengan santai, dan
penuh percaya diri, secara tidak langsung kita sebagai penguji merasa bahwa
santri tersebut mampu dan siap untuk mengikuti ujian. Kedua
adalah Posisi; Berbeda dengan yang pertama posisi disini
diartikan dalam hal kemampuan dan kelayakan kita sebagai calon penerima awardee,
diantaranya persiapan kita sebelum wawancara, dan jawaban-jawaban yang kita
berikan ketika wawancara, sesuaikah dengan yang diinginkan dan diharapkan atau
hanya sekedar tong kosong nyaring bunyinya. Ketiga adalah Gagasan;
Sejauh ini gagasan adalah poin terpenting dalam wawancara menurut ane,
bila calon penerima awardee mempunyai suatu gagasan yang diterima
dan bermanfaat untuk kemaslahatan individu, komunitas, instansi ataupun
masyarakat luas, tidak ada alasan pihak pemberi beasiswa untuk menolak gagasan
tersebut.
Kemudian adalah masa penantian pengumuman hasil
wawancara yang dimana menjadi ujian
kesabaran diri. Dan pengingat bagi kita sebagai penuntut ilmu untuk selalu
menetapkan Niat untuk menuntu ilmu, serta Usaha semaksimal
mungkin, dan Doa yang harus selalu dipanjatkan. Akhirnya puji syukur
kepada Allah SWT, segala sesuatu yang dimulai dengan baik juga menghasilkan
yang terbaik, dan kami do’akan semoga teman-teman semua juga selalu Istiqomah dalam niatan untuk terus menuntut ilmu dimanapun antum-antum berada, “Utlubul Ilma Minal Mahdi Ilal Lahdi”.(rech.)
Muhammad Recho Putra Akbar
Bengkulu / Alumni Gontor 2011
Awarded YTB Turkiye Burslari 2018
Mahasiswa Magister Islamic Economic and Finance, Sakarya University,
Sakarya Turkey.
Sakarya, 24 Nov
2018
Labels: Pendidikan, Tulisan