Tuesday, December 11, 2018

Santri dan Ilmu



Dengan niat untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi, menambah wawasan yang tak hanya terbatas di negeri sendiri, negara orang pun jadi pilihan hati. sekaligus  menambahkan cerita yang berbeda dari pengalaman dan pendidikan yang telah  diterima dari kiyai, guru dan teman-teman seperjuangan selama di pondok tercinta. oleh karena itu dengan niat yang mantap, awal tahun tahun 2017 persiapan pencarian beasiswapun dimulai.

Langkah-langkah pun disiapkan untuk mendaftar beasiswa. Mulai dari passport, rekomendasi, ijazah, transkip dsb. Kemudian mencari universitas dan negara yang akan menjadi tujuan, dan setelah memilih, memilah dan ikhtiar Turki pun menjadi pilihan.

Tapi disayangkan untuk ane dan beberapa teman-teman yang ikut mendaftarakan beasiswa, tidak satupun dari kami yang diterima. Terdapat sedikit kekecewaan, tapi untuk apa kecewa bila memang suatu keinginan yang kita harapkan belum tentu menjadi yang terbaik untuk kita. Kemudian ane memutuskan mencoba lagi untuk mendaftar beasiswa dan juga mencoba berbagai opsi-opsi yang lain, dan akhirnya berangkatlah ane ke Turki.

Tahun awal kedatangan ke Turki hal yang paling menantang adalah bahasa yang sedikit menjadi kendala untuk berkomunikasi, sehingga sebagian besar pelajar ataupun pendatang dari negara-negara luar Turki mengambil kursus bahasa Turki, yang menjadi bahasa resmi dan bahasa pengantar pendidikan di Turki. Begitu juga dengan ane sendiri, walaupun belum terdaftar sebagi pelajar, setidaknya ane harus belajar bahasa untuk mempermudah komunikasi.

Sebagai santri yang terbiasa hidup mandiri dan menyukai berbagai tantangan, sehingga menjadi dasar kepercayaan diri dan tertanam dalam hati,"Sesusah-susahnya dan sepedih-pedihnya hidup di rantaun semuanya Fisabillillah, Insha Allah", dan teringat salah satu pesan pak kiyai "Inna Fil Harakati Barakatun," atau disetiap gerakan, kegiatan yang kita lakukan terdapat berkah didalamnya, yang berarti selama kita hidup di dunia setiap apa yang kita lakukan baik sebagai individu atau komunitas selama itu bermanfaat dan timbul dari niat baik akan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

Di samping menunggu pengumaman wawancara untuk beasiswa, ane mulai ikut berbagai kegiatan, konfrensi-konfrensi dan juga ikut bergabung menjadi salah satu Volunteer di sebuah Institusi lembaga kemanusian Indonesia di Turki. Bertemu dengan berbagai teman-teman baru dan dari negara-negara yang berbeda, sekaligus menambah wawasan serta sharing berbagai ilmu, pengetahuan  dan yang paling utama adalah untuk menjalin silaturrahim.
Dan akhirnya waktu pengumuman wawancara yang dinantikan pun datang. Wawancara menjadi hal yang utama dan terpenting untuk mendapatkan beasiswa karena disanalah waktu kita bertemu dengan pihak pemberi beasiswa, dan berhadapan langsung dengan penilaian dari sudut pandang mereka.

Menurut pendapat ane setidaknya tiga hal yang menjadi ukuran dasar pihak pemberi beasiswa ketika menilai calon penerima beasiswa (Awardee). Pertama adalah Sikap; Seperti halnya ketika kita menghadapi Ujian Lisan, ataupun menjadi penguji dalam Ujian Lisan di pondok. Saat melihat santri yang masuk ruang ujian dengan santai, dan penuh percaya diri, secara tidak langsung kita sebagai penguji merasa bahwa santri tersebut mampu dan siap untuk mengikuti ujian. Kedua adalah Posisi; Berbeda dengan yang pertama posisi disini diartikan dalam hal kemampuan dan kelayakan kita sebagai calon penerima awardee, diantaranya persiapan kita sebelum wawancara, dan jawaban-jawaban yang kita berikan ketika wawancara, sesuaikah dengan yang diinginkan dan diharapkan atau hanya sekedar tong kosong nyaring bunyinya. Ketiga adalah Gagasan; Sejauh ini gagasan adalah poin terpenting dalam wawancara menurut ane, bila calon penerima awardee mempunyai suatu gagasan yang diterima dan bermanfaat untuk kemaslahatan individu, komunitas, instansi ataupun masyarakat luas, tidak ada alasan pihak pemberi beasiswa untuk menolak gagasan tersebut.

Kemudian adalah masa penantian pengumuman hasil wawancara yang dimana  menjadi ujian kesabaran diri. Dan pengingat bagi kita sebagai penuntut ilmu untuk selalu menetapkan Niat untuk menuntu ilmu, serta Usaha semaksimal mungkin, dan Doa yang harus selalu dipanjatkan. Akhirnya puji syukur kepada Allah SWT, segala sesuatu yang dimulai dengan baik juga menghasilkan yang terbaik, dan kami do’akan semoga teman-teman semua juga selalu Istiqomah dalam niatan untuk terus menuntut ilmu dimanapun antum-antum berada, “Utlubul Ilma Minal Mahdi Ilal Lahdi”.(rech.)

Muhammad Recho Putra Akbar
Bengkulu / Alumni Gontor 2011
Awarded YTB Turkiye Burslari 2018
Mahasiswa Magister Islamic Economic and Finance, Sakarya University, Sakarya Turkey.



Sakarya, 24 Nov 2018


Labels: ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home