Air Mata Cinta Wanita
by. Nabilah Jadwa Faradisa
Wanita. Ketika disebutkan kata wanita, maka yang terangkum dalam fikiran
kita adalah jiwa kelembutan, keindahan, keteduhan, kelemahan, kesantunan, dan
keanggunan. Namun kenyataannya bukan hanya itu, sahabat.Tidakkah kita pernah
menatap wajah sosok ibunda kita? Dimana kekuatan dahsyat menyatu dalam tubuh
yang rentan dan rapuh demi sosok manusia-manusia yang dicintainya? Tidakkah
kita pernah meminjam tangannya untuk melihat guratan-guratan perjuangannya?
Guratan-guratan perjuangan hidup yang tak semuanya tertuang dalam judul “Air
mata”. Raihlah jemarinya dan katakan “Terimakasih”. Bukankah itu cukup menjadi
bukti bahwa wanita juga makhluk yang kuat?
Lewat jemari tangannya kita mengenal segala jenis masakan yang sederhana
namun nikmatnya tiada tara. Lewat tutur katanya kita belajar kesopanan, adab
berbicara, bahkan mengenal huruf dan angka. Lewat kalamnya kita mengenal
berbagai cerita tentang kebesaran Allah, tentang Rasulullah dan para
sahabatnya. Tangannya lah yang mengompres dahi kita ketika demam menyerang,
tangannya lah yang menjahit pakaian-pakaian sobek kita, langkahnya lah yang
mengejar kita ketika kita terjatuh dan terluka. Lengannya akan selalu menjadi
yang pertama memeluk sang buah hati dalam kondisi bagaimana pun. Air matanya
lah yang akan menjadi saksi abadi atas bahagianya melihat tubuh kecil yang
lahir dari rahimnya. Mungkin, disaat itu air matanya jatuh bersama dengan rasa
bahagianya yang berhasil berjuang melahirkan kita, dan selamat dari maut hanya
menjadi bonusnya. Adakah kisah yang lebih menyentuh daripada kisah dimana
pertama kali mata kita menatap dunia? Bahkan tidak sedikit para ibu dimana saat kemungkinan buruk dalam proses
persalinannya yang berkata “ Selamatkan anak saya saja dok, saya tidak
apa-apa…!” katanya sambil menggenggam tangan dokter yang membantu proses
bersalinnya. Maha besarNya yang telah menciptakan makhluk dengan hati seindah
itu. Bahkan dalam melahirkan nyawa yang baru, nyawanya sendiri harus menjadi
taruhannya.
Abu
Hurairah RA, berkata, "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu
'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus
berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!'
Dan
orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu
'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian
siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.'
Orang
tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi
wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim
no. 2548)
Maka benarlah kesaksian lelaki yang bijaksana “ Wanita tak pernah main-main
dalam mencintai. Ketika
ia sudah menjatuhkan hatinya pada seseorang, maka ia akan mengorbankan seluruh
hati dan raganya. Tak perduli apapun.” Disanalah kita tahu, betapa
tidak ada kata “pelit” dalam kamus wanita dalam mencintai manusia-manusia yang
telah mencuri rasa cintanya. Cinta akan menjadi air mata sekaligus kekuatannya
dalam mengarungi ranah perjuangan kehidupan.
Ingatkah ketika Ummu Umaraa’ yang menjadi perisai Rasulullah disaat
perang uhud? Ia pasang tubuhnya yang lemah untuk melindungi kekasih Allah yang
juga menjadi orang terkasihnya didunia. Ummu Umaraa’ tidak perduli beberapa
kali sayatan pedang mengoyakkan kulit indahnya. Pedangnya terus diayunnya
menebas musuh-musuh Allah yang hendak melukai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wasallam. Adakah tragedi itu terjadi tanpa dasar cinta yang terdalam? Cinta
yang terpancar dari keimanan yang mengimani Allah dan RasulNya. Lalu setelah
Rasulullah sadarkan diri, beliau mengunjungi Ummu Umaraa di tendanya. Lantas
apa yang dikatakan wanita hebat itu? Bukan rintihan yang ia tampilkan dihadapan
kekasih Allah, terlebih menagih belas kasihan darinya. Bukan. Ia beranjak dari
istirahatnya dan berkata “ Apakah engkau baik-baik saja yang Rasulullah?” Itu,
kata-kata itu yang terlepas dari bibirnya. Kata-kata santun yang tak pernah
terucap tanpa cinta. Bahkan Rasulullah sampai menitikkan air matanya sebelum ia
balik bertanya “Bagaimana keadaanmu wahai Ummu Umaraa?”
Begitulah kutipan singkat tentang wanita, air mata, dan cinta. Dimana
ketiganya merupakan elemen yang tidak akan pernah bisa dipisahkan. Wanita
adalah namanya, cinta adalah sesuatu yang tumbuh dihatinya, dan air mata adalah
mata air yang menyirami cinta agar terus menumbuhkan kekuatan-kekuatan yang
dahsyat. Tak ada wanita yang terlahir tanpa rasa cinta yang besar, dan tidak
ada cinta yang hebat selain Allah titipkan rasa itu pada makhluk bernama
wanita. Wahai para lelaki yang mencintai Allah, jagalah wanita dengan
sebaik-baik penjagaan, muliakanlah ia, lalu bukan mengubah tarifnya menjadi
murah. Tundukkan pandangan serta nasihati kami jika tampak kesalahan.:)
Wanita, cinta, dan air mata
Dan ia
sampaikan cinta lewat airmata
Air mata yang
menjadi penyampai pesan cinta
Adalah ia
yang ukirkan kecewa lewat air mata
Juga rasa
bangga lewat air mata
Tak ada yang
terbalik…
Meskipun tak
ada yang keliru…
Betapa itu
menjadi pelajaran tentang kebesaranNya
Dimana kecewa
dan bahagia menjadi bahasa yang hampir serupa
Oh, betapa
meneduhkan ciptaanNya…
Dimana ia
ciptakan Mahakarya yang penuh dengan cinta
Hatinya kebun
cinta
Jemarinya
bunga cinta
Ucapannya
buah cinta
Buaiannya
ranting cinta
Maka jangan
sesali air matanya, sebab hanya dengan itu ia mengajari syarat cinta.
Labels: Nisaiyyah
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home