Saturday, March 30, 2019

Air Mata Cinta Wanita


by. Nabilah Jadwa Faradisa


Wanita. Ketika disebutkan kata wanita, maka yang terangkum dalam fikiran kita adalah jiwa kelembutan, keindahan, keteduhan, kelemahan, kesantunan, dan keanggunan. Namun kenyataannya bukan hanya itu, sahabat.Tidakkah kita pernah menatap wajah sosok ibunda kita? Dimana kekuatan dahsyat menyatu dalam tubuh yang rentan dan rapuh demi sosok manusia-manusia yang dicintainya? Tidakkah kita pernah meminjam tangannya untuk melihat guratan-guratan perjuangannya? Guratan-guratan perjuangan hidup yang tak semuanya tertuang dalam judul “Air mata”. Raihlah jemarinya dan katakan “Terimakasih”. Bukankah itu cukup menjadi bukti bahwa wanita juga makhluk yang kuat?

Lewat jemari tangannya kita mengenal segala jenis masakan yang sederhana namun nikmatnya tiada tara. Lewat tutur katanya kita belajar kesopanan, adab berbicara, bahkan mengenal huruf dan angka. Lewat kalamnya kita mengenal berbagai cerita tentang kebesaran Allah, tentang Rasulullah dan para sahabatnya. Tangannya lah yang mengompres dahi kita ketika demam menyerang, tangannya lah yang menjahit pakaian-pakaian sobek kita, langkahnya lah yang mengejar kita ketika kita terjatuh dan terluka. Lengannya akan selalu menjadi yang pertama memeluk sang buah hati dalam kondisi bagaimana pun. Air matanya lah yang akan menjadi saksi abadi atas bahagianya melihat tubuh kecil yang lahir dari rahimnya. Mungkin, disaat itu air matanya jatuh bersama dengan rasa bahagianya yang berhasil berjuang melahirkan kita, dan selamat dari maut hanya menjadi bonusnya. Adakah kisah yang lebih menyentuh daripada kisah dimana pertama kali mata kita menatap dunia? Bahkan tidak sedikit para ibu  dimana saat kemungkinan buruk dalam proses persalinannya  yang berkata “ Selamatkan anak saya saja dok, saya tidak apa-apa…!” katanya sambil menggenggam tangan dokter yang membantu proses bersalinnya. Maha besarNya yang telah menciptakan makhluk dengan hati seindah itu. Bahkan dalam melahirkan nyawa yang baru, nyawanya sendiri harus menjadi taruhannya.
Abu Hurairah RA, berkata, "Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!'

Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.'
Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR. Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 2548)

Maka benarlah kesaksian lelaki yang bijaksana Wanita tak pernah main-main dalam mencintai. Ketika ia sudah menjatuhkan hatinya pada seseorang, maka ia akan mengorbankan seluruh hati dan raganya. Tak perduli apapun.” Disanalah kita tahu, betapa tidak ada kata “pelit” dalam kamus wanita dalam mencintai manusia-manusia yang telah mencuri rasa cintanya. Cinta akan menjadi air mata sekaligus kekuatannya dalam mengarungi ranah perjuangan kehidupan.

Ingatkah ketika Ummu Umaraa’ yang menjadi perisai Rasulullah disaat perang uhud? Ia pasang tubuhnya yang lemah untuk melindungi kekasih Allah yang juga menjadi orang terkasihnya didunia. Ummu Umaraa’ tidak perduli beberapa kali sayatan pedang mengoyakkan kulit indahnya. Pedangnya terus diayunnya menebas musuh-musuh Allah yang hendak melukai Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Adakah tragedi itu terjadi tanpa dasar cinta yang terdalam? Cinta yang terpancar dari keimanan yang mengimani Allah dan RasulNya. Lalu setelah Rasulullah sadarkan diri, beliau mengunjungi Ummu Umaraa di tendanya. Lantas apa yang dikatakan wanita hebat itu? Bukan rintihan yang ia tampilkan dihadapan kekasih Allah, terlebih menagih belas kasihan darinya. Bukan. Ia beranjak dari istirahatnya dan berkata “ Apakah engkau baik-baik saja yang Rasulullah?” Itu, kata-kata itu yang terlepas dari bibirnya. Kata-kata santun yang tak pernah terucap tanpa cinta. Bahkan Rasulullah sampai menitikkan air matanya sebelum ia balik bertanya “Bagaimana keadaanmu wahai Ummu Umaraa?”

Begitulah kutipan singkat tentang wanita, air mata, dan cinta. Dimana ketiganya merupakan elemen yang tidak akan pernah bisa dipisahkan. Wanita adalah namanya, cinta adalah sesuatu yang tumbuh dihatinya, dan air mata adalah mata air yang menyirami cinta agar terus menumbuhkan kekuatan-kekuatan yang dahsyat. Tak ada wanita yang terlahir tanpa rasa cinta yang besar, dan tidak ada cinta yang hebat selain Allah titipkan rasa itu pada makhluk bernama wanita. Wahai para lelaki yang mencintai Allah, jagalah wanita dengan sebaik-baik penjagaan, muliakanlah ia, lalu bukan mengubah tarifnya menjadi murah. Tundukkan pandangan serta nasihati kami jika tampak kesalahan.:)
Wanita, cinta, dan air mata

Dan ia sampaikan cinta lewat airmata
Air mata yang menjadi penyampai pesan cinta
Adalah ia yang ukirkan kecewa lewat air mata
Juga rasa bangga lewat air mata
Tak ada yang terbalik…
Meskipun tak ada yang keliru…
Betapa itu menjadi pelajaran tentang kebesaranNya
Dimana kecewa dan bahagia menjadi bahasa yang hampir serupa
Oh, betapa meneduhkan ciptaanNya…
Dimana ia ciptakan Mahakarya yang penuh dengan cinta
Hatinya kebun cinta
Jemarinya bunga cinta
Ucapannya buah cinta
Buaiannya ranting cinta
Maka jangan sesali air matanya, sebab hanya dengan itu ia mengajari syarat cinta.

Labels:

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home