Investasi Dunia - Akhirat
oleh Nanik Yuliati*
Banyak orang berfikir tentang bagaimana bisa berinvestasi yang menguntungkan. Deposito, emas, properti dan sejenisnya menjadi surga para pengejar laba. Sayangnya, seringkali kita lupa bahwa ada satu investasi yang sangat menguntungkan, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat; anak.
Ya, anak adalah investasi dunia-akhirat. Di dunia, anak menjadi kebanggaan orang tua, penerus keluarga, aset kemajuan agama dan bangsa. Di akhirat, anak yang selalu mendoakan orang tuanya menjadi salah satu sumber pahala yang tak pernah reda.
Rasulullah bersabda: “Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah amal-amalnya kecuali tiga (perkara): sedekah jariyah, ilmu bermanfaat, serta anak sholeh yang selalu mendoakan.” (HR. Muslim)
Dalam Islam, setiap anak yang lahir telah memiliki hak masing-masing. Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits: Seseorang datang kepada Nabi Muhammad SAW dan bertanya: “Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?” Nabi SAW menjawab: “Memberinya nama yang baik, mendidik adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu). (HR. Aththusi).
Sudahkan kita memberikan hak-hak tersebut?
Nama adalah doa, memberikan nama yang baik terhadap anak berarti mendoakannya dalam kebaikan.
Mendidik adab yang baik berarti menjadi suri tauladan bagi anak, karena anak-anak adalah peng-copy terbaik yang hampir tidak pernah gagal meniru. Sangat disayangkan, banyak orang tua beranggapan bahwa memasukkan anak ke institusi pendidikan dianggap telah menggugurkan kewajiban mereka sebagai pendidik utama dan pertama.
Memberi kedudukan yang baik dalam hati berarti melimpahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak. Sayangnya, banyak orang tua yang kadang lupa bahwa anak-anak membutuhkan perhatian dan kasih sayang bukan hanya dari segi kualitas tetapi juga kuantitas.
Anak-anak membutuhkan lebih banyak waktu bersama orang tua. Anak-anak, laki-laki maupun perempuan, membutuhkan sentuhan kasih sayang, peluk dan cium. "Datang seorang Arab Badui kepada Nabi SAW lalu berkata, “Apakah kalian mencium anak laki-laki? kami tidak mencium mereka.” Maka Nabi SAW berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rasa rahmat/sayang dari hatimu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Dewasa ini, banyak muncul kasus kekerasan terhadap anak. Mulai dari kekerasan fisik hingga psikis, dan menyedihkannya, lebih dari setengah kasus tersebut justru dilakukan oleh anggota keluarga.
Selain itu, kelalaian dalam menjaga anak juga seringkali berujung pada bencana. Ini adalah pekerjaan rumah bagi kita semua, untuk bisa lebih menyayangi dan menghargai anak, penerus agama dan bangsa, perhiasan kehidupan dunia. “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia.” (QS. Al-kahfi: 46)
Menjadi anak-anak tidak akan selamanya. Mereka akan tumbuh dewasa. Sedangkan kita, akan menua dan akhirnya tiada. Tak ada lagi yang dapat kita usahakan untuk menambah bekal bertemu Sang Pencipta. Bersyukur, Allah menganugerahkan investasi akhirat yang pahalnya dapat terus mengalir meskipun kita tak lagi di dunia.
*Mahasiswi S2 di Necmettin Erbakan University, Konya
Labels: Diniyyah Islamiyyah, Tulisan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home