Pemimpin, Bukan Sekedar Manager
Oleh Muhammad Nurkholiq*
Pak Syukri (panggilan akrab beliau) sering menasihatkan: ”Pemimpin
di Gontor, adalah pendidik, yang setiap saat mengarahkan, memberikan tugas,
melatih, mengawal, memberikan tauladan dan mendo’akan.”Sampai detik ini,
walaupun beliau masih sakit, jiwa pendidik, pengawal, dan suri tauladan nampak
jelas tersirat dari tatapan mata beliau. Beliau selalu menyempatkan diri untuk
mengikuti perkumpulan guru-guru KMI (Kemisan) di aula gedung Rabithah. Dalam buku
”Bekal untuk Pemimpin” beliau telah banyak menjelaskan terkait hal di atas. Maka,
tidaklah salah bila dikatakan, bahwa pemimpin juga
merupakan manager atau administrator, yaitu yang menata seluruh totalitas
kehidupan pondok, akan tetapi secara khusus, pola kemimpinan di Gontor bukanlah
kepemim-pinan managerial atau administratif saja yang hanya mengatur, menyelenggarakan dan
membagi tugas rutin kemudian menunggu laporan dan berakhir memberkan
keputusan-keputusan yang bisa dilakukan beberapa jam saja.
Dalam kamus Gontor, model kepemimpinan seperti ini sama dengan manager. Ditinjau dari fungsinya, leader atau pemimpin memiliki fungsi yang berbeda. Dalam ilmu manajemen. Manager berfungsi mengatasi kerumitan rutinitas pragmatis, dan hanya melaksanakan unsur-unsur organisasi yaitu POACE (planning, organizing, Actuating, Controlling and Evaluating). Sementara leader atau pemimpin berfungsi mengatasi perubahan dan memahami betul atas perubahan-perubahan tersebut di masa depan (future). Di samping bahwa pemimpin juga berfungsi sebagai motivator, supervisor, evaluator, bahkan terjun langsung dan ikut campur dalam seluruh tata kehidupan di pondok.
Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian seorang kandidat
doctor tentang budaya organisasi di pesantren. Hasilnya menunjukkan, bahwa
kepemimpinan yang ideal dikarenakan banyak data menunjukkan adanya keseimbangan
antara fungsi manager yang kuat dengan
kuatnya fungsi leader, buktinya di Gontor terlihat rapi dalam rutinitas
aktivitas sehari-hari, tapi juga kuat dalam komitmen melaksanakan nilai-nilai
yang disertai dengan uswatun hasanah.
Dalam pengalaman memimpin
Gontor selama 25 tahun lebih ini, tugas yang paling banyak menyita waktu adalah
mengkader para santri dan guru. Memanggil, mengarahkan, memberikan tugas dan
mengawalnya setiap saat. Dengan demikian, pemimpin harus memiliki integritas
tinggi, totalitas jiwa dan raga untuk terus mengembangkan pesantrennya. Setiap
saat, yang dipikirkan dan dikerjakan adalah untuk kemajuan pondok ini. Seperti
inilah karakter pemimpin Gontor yang selalu dinamis dan aktif.
Selain itu, bahwa seluruh apa
yang ada di Gontor ini terjadi proses pimpin memimpin, tidak ada yang bisa
bebas semaunya sendiri, semuanya ada tatanannya dan aturannya. Dan untuk itu
semuanya, siapapun yang hidup di Gontor harus mengalami proses kepemimpinan.
Siap memimpin dan siap dipimpin dengan segala keikhlasannya.
Di samping itu, proses kaderisasi yang sangat efektif
adalah masa-masa umur seperti di KMI,
yaitu belasan tahun. Karena masa tersebut adalah
masa pembentukan mental dan karakter, bila masa ini berjalan dengan baik, maka
masa selanjutnya akan mudah menjadi yang lebih baik. Demikian juga di KMI, guru
tidak saja menjadi pengajar, tetapi dia
menjadi pendidik, dan juga pembantu pondok untuk proses pelatihan diri
menjadi pejuang, dan sekaligus menjadi mahasiswa, sebagai sarana untuk
meningkatkan kualitas wawasan mereka.
Itulah mengapa seluruh santri dan guru harus memahami atau
mengerti kepondokmodernan, karena ini dasar atau kunci untuk menjalankan
kehidupan di pondok. Pemahaman yang benar, pengertian yang tepat terhadap
Pondok akan melahirkan pola fikir yang benar, sikap hidup yang positif, tingkah
laku yang baik, bahkan gaya hidup yang produktif.
Pengertian dan pemahaman yang benar dan tepat, juga akan melahirkan etos kerja yang
tinggi, sedangkan etos kerja akan menumbuhkan militansi. Dengan demikian, apapun yang
dikerjakan dan ditugaskan akan
terasa ringan, asyik dan menyenangkan. Mengerti apa itu pondok, mau dibawa
kemana, bagaimana caranya menata kehidupan, mengembangkan dan memberikan
pengaruh kepada masyarakat itu bagaimana. Semuanya harus dimengertikan
berkali-kali bahkan seribu kali. (Sumber: Sekretaris Pimpinan)
*Muhammad Nurkholiq, ketua IKPM Turki periode 2014-2015,
mahasiswa S1 jurusan teologi di Universitas Istanbul.
Labels: Pendidikan, Tulisan
2 Comments:
bagus tulisannya akhi. lama gak dengerin petuah para bapak pimpinan..
maksih sudah mampir.. ^ ^
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home