Monday, January 27, 2014

Pemimpin, Bukan Sekedar Manager

Oleh Muhammad Nurkholiq*



Pak Syukri (panggilan akrab beliau) sering menasihatkan: ”Pemimpin di Gontor, adalah pendidik, yang setiap saat mengarahkan, memberikan tugas, melatih, mengawal, memberikan tauladan dan mendo’akan.”Sampai detik ini, walaupun beliau masih sakit, jiwa pendidik, pengawal, dan suri tauladan nampak jelas tersirat dari tatapan mata beliau. Beliau selalu menyempatkan diri untuk mengikuti perkumpulan guru-guru KMI (Kemisan) di aula gedung Rabithah. Dalam buku ”Bekal untuk Pemimpin” beliau telah banyak menjelaskan terkait hal di atas. Maka, tidaklah salah bila dikatakan, bahwa pemimpin juga merupakan manager atau administrator, yaitu yang menata seluruh totalitas kehidupan pondok, akan tetapi secara khusus, pola kemimpinan di Gontor bukanlah kepemim-pinan managerial atau administratif saja  yang hanya mengatur, menyelenggarakan dan membagi tugas rutin kemudian menunggu laporan dan berakhir memberkan keputusan-keputusan yang bisa dilakukan beberapa jam saja.

Dalam kamus Gontor, model kepemimpinan seperti ini sama dengan manager. Ditinjau dari fungsinya, leader atau pemimpin memiliki fungsi yang berbeda. Dalam ilmu manajemen. Manager berfungsi mengatasi kerumitan rutinitas pragmatis, dan hanya melaksanakan unsur-unsur organisasi yaitu POACE (planning, organizing, Actuating, Controlling and Evaluating). Sementara leader atau pemimpin berfungsi mengatasi perubahan dan memahami betul atas perubahan-perubahan tersebut di masa depan (future). Di samping bahwa pemimpin juga berfungsi sebagai motivator, supervisor, evaluator, bahkan terjun langsung dan ikut campur dalam seluruh tata kehidupan di pondok.

Hal ini dikuatkan oleh hasil penelitian seorang kandidat doctor tentang budaya organisasi di pesantren. Hasilnya menunjukkan, bahwa kepemimpinan yang ideal dikarenakan banyak data menunjukkan adanya keseimbangan antara fungsi   manager yang kuat dengan kuatnya fungsi leader, buktinya di Gontor terlihat rapi dalam rutinitas aktivitas sehari-hari, tapi juga kuat dalam komitmen melaksanakan nilai-nilai yang disertai dengan uswatun hasanah.

            Dalam pengalaman memimpin Gontor selama 25 tahun lebih ini, tugas yang paling banyak menyita waktu adalah mengkader para santri dan guru. Memanggil, mengarahkan, memberikan tugas dan mengawalnya setiap saat. Dengan demikian, pemimpin harus memiliki integritas tinggi, totalitas jiwa dan raga untuk terus mengembangkan pesantrennya. Setiap saat, yang dipikirkan dan dikerjakan adalah untuk kemajuan pondok ini. Seperti inilah karakter pemimpin Gontor yang selalu dinamis dan aktif.

Selain itu, bahwa seluruh apa yang ada di Gontor ini terjadi proses pimpin memimpin, tidak ada yang bisa bebas semaunya sendiri, semuanya ada tatanannya dan aturannya. Dan untuk itu semuanya, siapapun yang hidup di Gontor harus mengalami proses kepemimpinan. Siap memimpin dan siap dipimpin dengan segala keikhlasannya.

Di samping itu, proses kaderisasi yang sangat efektif adalah masa-masa umur  seperti di KMI, yaitu belasan tahun. Karena masa tersebut adalah masa pembentukan mental dan karakter, bila masa ini berjalan dengan baik, maka masa selanjutnya akan mudah menjadi yang lebih baik. Demikian juga di KMI, guru tidak saja menjadi pengajar, tetapi dia  menjadi pendidik, dan juga pembantu pondok untuk proses pelatihan diri menjadi pejuang, dan sekaligus menjadi mahasiswa, sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas wawasan mereka.

Itulah mengapa seluruh santri dan guru harus memahami atau mengerti kepondokmodernan, karena ini dasar atau kunci untuk menjalankan kehidupan di pondok. Pemahaman yang benar, pengertian yang tepat terhadap Pondok akan melahirkan pola fikir yang benar, sikap hidup yang positif, tingkah laku yang baik, bahkan gaya hidup yang produktif.

Pengertian dan pemahaman yang benar dan  tepat, juga akan melahirkan etos kerja yang tinggi, sedangkan etos kerja akan menumbuhkan militansi. Dengan demikian, apapun yang dikerjakan dan ditugaskan akan terasa ringan, asyik dan menyenangkan. Mengerti apa itu pondok, mau dibawa kemana, bagaimana caranya menata kehidupan, mengembangkan dan memberikan pengaruh kepada masyarakat itu bagaimana. Semuanya harus dimengertikan berkali-kali bahkan seribu kali. (Sumber: Sekretaris Pimpinan)

*Muhammad Nurkholiq, ketua IKPM Turki periode 2014-2015, mahasiswa S1 jurusan teologi di Universitas Istanbul.


Labels: ,

2 Comments:

At January 28, 2014 at 7:08 PM , Blogger By: Muslihudin said...

bagus tulisannya akhi. lama gak dengerin petuah para bapak pimpinan..

 
At January 29, 2014 at 12:06 AM , Blogger Abdul Aziz said...

maksih sudah mampir.. ^ ^

 

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home