Belajar Dari Nabi Ibrahim
Oleh Abdul Ghaffar
Dan
debu pembakaran itupun menjadi ikan #part1
Siapa
tak kenal Nabi Ibrahim as. Beliau adalah Nabi besar yang diakui oleh tiga agama
Samawi. Dari putra beliau, Ishaq as. terlahir nabi-nabi dari bangsa Yahudi. Dan
dari keturunan putra beliau Ismail as. lahir baginda Nabi Muhammad Saw. dari
bangsa Arab.
Posisi
Nabi Ibrahim pun bukan main-main. Beliau termasuk di jajaran Nabi yang paling
Top yang disebut Ulul Azmi.
Di
dalam al-Qur’an, hanya ada dua kata Uswatun Hasanah yang disematkan kepada dua
Nabi, yang pertama Uswatun Hasanah disematkan kepada Nabi Muhammad Saw. (Qs.
Al-Ahzab:21), dan yang terakhir Uswatun Hasanah adalah Nabiyullah Ibrahim as.
(Qs. Al-Mumtahanah : 4).
Uswatun
Hasanah sendiri sering diartikan dengan Suri Tauladan alias seseorang yang
benar-benar layak dijadikan contoh untuk ditiru dan diikuti.
Nabi
Ibrahim adalah putera Azar. Ada banyak versi dimana dia beliau lahir, namun
mayoritas sejarawan menyatakan beliau lahir di kawasan Babilonia yang saat itu
dikuasai oleh Raja dzolim yang bernama Namrud bin Kan’an.
Sebelum
Nabi Ibrahim dilahirkan, Raja Namrud mendapatkan pertanda bahwa pada tahun itu
akan lahir seorang bayi laki-laki yang kelak akan merampas tahtanya. Oleh sebab
itu, Raja ini mengeluarkan perintah untuk membunuh semua bayi laki-laki yang
lahir pada tahun itu.
Ibu
Nabi Ibrahim yang bernama Buna binti Karbina yang saat itu sedang hamil, pergi
bersembunyi karena kekhawatiran bayi yang akan dilahirkannya adalah laki-laki.
Maka Nabi Ibrahim pun dilahirkan di dalam sebuah Goa persembunyian, goa tempat
kelahiran nabi Ibrahim ini ada di kota Sanliurfa, atau sering disebut Urfa,
sebuah kota besar di Turki.
Cak
Gopar di depan Pintu Goa persembunyian tempat Nabi Ibrahim dilahirkan
Para
peziarah menghadap goa tempat Nabi Ibrahim dilahirkan
Ibrahim
kecil semakin dewasa, kisah pencariannya akan Tuhan yang Paling Kuasa telah
populer hingga kini. Dan akhir pencariannya itu berhenti pada kebenaran, bahwa
Allah Sang Pencipta Matahari dan Bulan adalah Tuhan Yang Maha Kuasa.
Beliau
akhirnya diangkat menjadi seorang Nabi oleh Allah yang bertugas menyampaikan
risalah-risalah Tauhid. Nabi Ibrahim diutus untuk berdakwah kepada kaum Ur yang
saat itu menyembah berhala berupa patug-patung berukuran Raksasa.
Sebagaimana
nabi-nabi lain, Dakwah Nabi Ibrahim mengajak kaumnya untuk bertauhid kepada
Allah swt berjalan alot, cemoohan dan hinaan diterima dari kaum yang
didakwahinya.
Hingga
suatu saat, tibalah musim berburu. Pada musim berburu ini, semua laki-laki penduduk
kaumnya akan pergi meninggalkan kota untuk berburu bersama raja mereka, Namrud
bin Kanaan. Hal ini dijadikan kesempatan untuk Nabi Ibrahim untuk berdakwah
dengan hikmah yang cerdas.
Ketika
semua orang pergi berburu, Nabi Ibrahim justru mendatangi pusat penyembahan
berhala kaumnya, Di sana terdapat banyak patung-patung sesembahan dengan
perangkat makanan sesajian.
“Mengapa
kalian tidak makan dan tidak bicara” teriak Nabi Ibrahim mengejek patung-patung
yang ada di sekelilingnya.
Tak
lama kemudian, beliau menghancurkan patung-patung tersebut dengan kapak besar
yang telah disiapkan sebelumnya. Hanya satu patung yang paling besar yang tidak
beliau hancurkan, dan di leher patung terbesar inilah kapak dikalungkan oleh
Nabi Ibrahim. Sisa-sisa Patung-patung tersebut hingga kini masih ada di kota
Adiyaman, Turki, di kawasan Nemruz Dagi alias Gunung Namrudz.
Salah
satu patung berhala di lokasi persembahan Raja Namrud
Di
lokasi inilah Nabi Ibrahim menghancurkan berhala-berhala Kaumnya
Maka
setelah kembali dari perburuan, terkejutlah semua kaumnya. Keterkejutan ini
diceritakan oleh al-Qur’an surat al-Anbiya ayat 59-69.
“Siapa
yang melakukan perbuatan ini kepada tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk
orang yang dholim.” Ujar salah seorang dari kaumnya.
Setelah
diselidiki, tuduhan pun mengarah kepada pemuda yang bernama Ibrahim. Beliau pun
dihadirkan di tengah khalayak kaumnya untuk diadili. Namun sebaliknya, tak
sedikitpun Ibrahim khawatir. Justru inilah yang beliau nanti-nanti, berdakwah
dengan hikmah nan gamblang.
“Apakah
kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami wahai Ibrahim?”
tanya seseorang dari mereka sebagaimana diceritakan surat al-Anbiya’ ayat 62
Nabi
Ibrahim pun menjawab dengan jawaban cerdas mengajak kaumnya untuk berpikir. Hal
ini juga diceritakan dalam surat al-Anbiya ayat 63.
“Sebenarnya
patung terbesar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu
jika mereka dapat berbicara” ujar Nabi Ibrahim.
Jawaban
Nabi Ibrahim ini sembari menunjuk Patung terbesar yang dengan jelas tengah
mengalungi kapak besar bekas menghancurkan patung-patung lainnya.
Jawaban
yang mengandung hujjah inipun tidak dapat merekah bantah, karena kenyataannya
memang benar patung-patung itu tidak bisa berbicara dan berbuat apapun.
Dari
sidang itu pun diputuskan, bahwa Nabi Ibrahim harus dibakar. Semua orang
mengumpulkan kayu bahan bakar, bahkan diceritakan, perempuan-perempuan hamil
pun ikut mengumpulkan kayu dengan harapan mengharap berkah dan ampunan dari
berhala mereka. Begitu banyaknya kayu bakar yang akan membakar Nabi Ibrahim
sehingga tumpukan kayu seperti sebuah bukit besar.
Maka
saat itu pun tiba, di tengah bukit kayu bakar itu Nabi Ibrahim diletakkan.
Semua orang menyaksikan peristiwa itu dengan hati puas sembari menghina sang
Nabi. Api kecil dinyalakan di salah satu sisi, tidak lama kemudian api menyebar
melalap tumpukan kayu kering itu. Allah swt. tidak diam melihat hambanya nan
sholeh diperlakukan seperti itu, mukjizat pun diturunkan. Allah swt.
memerintahkan api yang akan membakar Nabi Ibrahim untuk menjadi dingin dan
menyelamatkan hambanya tersebut. Allah swt. berfiman :
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلَامًا عَلَىٰ
إِبْرَاهِيمَ [٢١:٦٩]
Kami berfirman: “Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim” (QS. Al-Anbiya’ :69)
Nabi
Ibrahim pun tidak mempan dibakar dan selamat. Peristiwa mukjizat yang
disaksikan kaum Ur ini banyak membuka hati atas kebenaran Nabi Ibrahim. Bahkan
salah diceritakan pula, putri raja Namrud bin Kana’an langsung mengakui
kebenaran dakwah Nabi Ibrahim, akibatnya putri raja tersebut pun membuat
ayahnya murka dan mengjar putrinya sendiri untuk dieksekusi juga.
Cak
Gopar berdiri tepat di titik Nabi Ibrahim dibakar
Konon
ketika Allah Swt. memerintahkan api menjadi dingin, maka di saat itu api di
seluruh dunia yang sedang menyala tiba-tiba padam dan tidak ada seorangpun yang
dapat menyalakan api.
Dan
kini, tempat lokasi tempat pembakaran Nabi Ibrahim hinga kini masih ada. Bahkan
abu bekas pembakaran Nabi Ibrahim tersebut bertebangan dan menjadi ikan. Ikan
yang dipercaya jelmaan dari bekas abu pembakaran nabi Ibrahim ini pun hingga
kini masih ada di kolam tepat di samping pembakaran Nabi Ibrahim. Konon para
ilmuwan sudah meneliti ikan-ikan di kolam tersebut, dan diketahui bahwa jenis
ikan tersebut adalah jenis ikan purba yang tidak pernah ditemukan di tempat
lain di duni ini. Wallahu a’lam.
Cak
Gopar dengan bankgorund kolam tempat ikan yang konon dari pembakaran Nabi
Ibrahim
Inilah
ikan-ikan yang konon berasal dari debu kayu bakar yang membakar Nabi Ibrahim as
Bersambung…
Sumber : http://cakgopar.com/2014/03/belajar-dari-nabi-ibrahim-dan-debu-pembakaran-itupun-menjadi-ikan-part1/
Labels: Pengalaman, Sejarah, Tulisan, Turki
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home