Jilbab Dilarang Masuk Kampus Turki
Oleh
Deden Mauli Darajat*
Setibanya
saya di Turki pada akhir 2009 lalu, saya sangat ingin mengunjungi kampus
Universitas Ankara, dimana saya akan belajar. Namun keinginan itu tidak
langsung terwujud karena saya harus menyelesaikan masalah administrasi untuk
tinggal di asrama mahasiswa di bilangan Cebeci. Setelah selesai masalah asrama,
saya juga harus menyelesaikan administrasi untuk kursus bahasa Turki selama
setahun.
Setelah
semua urusan beres dengan bantuan teman saya, Furqan Aulia, yang sudah dua tahun
tinggal di Ankara, akhirnya saya bisa berkunjung ke kampus Universitas Ankara.
Karena mayoritas warga Turki di Ankara berbahasa Turki, saya pun mengajak
Furqan, karena selain sudah fasih berbahasa Turki ia juga adalah mahasiswa S2
Fakultas Teknik Universitas Ankara.
Setibanya
di depan kampus, saya tercengang ketika berada di depan pintu gerbang
Universitas Ankara di Tandogan. Pasalnya, sekelompok mahasiswi berkerudung
berkumpul di sebelah kanan pojok pintu gerbang kampus.
Saya
perhatikan mereka dan bertanya-tanya dalam hati mengapa mereka berkumpul di
sana dan ada apa gerangan. Selidik punya selidik rupanya mereka sedang melepas
jilbab mereka sebelum memasuki kampus Universitas Ankara. Sebagiannya lagi
sedang menggunakan jilbab untuk keluar kampus.
Sebenarnya
larangan jilbab masuk kampus ini tidak berlaku bagi Fakultas Teologi Islam di
seluruh universitas di Turki. Hanya di fakultas ini saja jilbab boleh masuk. Di
fakultas lainnya tetap tidak boleh.
Menurut
pengamatan saya, ada beberapa tipikal orang ‘berjilbab’ masuk kampus. Pertama,
mereka menggunakan wig atau rambut palsu yang dapat menutupi jilbabnya. Kedua
menggunakan topi agar rambutnya bisa tertutup dan tidak terlihat. Ketiga,
melepas jilbabnya secara utuh namun pakaian tetap tertutup rapat hingga ujung
kaki.
Perubahan
keadaan dari Kesultanan Turki Usmani menjadi Republik Turki sejak tahun 1923
memang begitu dahsyat. Presiden pertama Turki Mustafa Kemal Ataturk melarang
semua yang bersangkutan dengan atribut keagaaman di ruang publik milik pemerintah
seperti kampus, kantor pemerintahan dan parlemen.
Ataturk
juga mengubah bahasa Turki yang dahulu menggunakan abjad Arab kini menjadi
abjad latin. Ia sendiri yang langsung mengajarkan bahasa Turki beserta
gramatikalnya kepada sejumlah siswa di seantero Turki. Peci dan jubah ala Arab
juga dihilangkan dan diganti menjadi topi dan jas berdasi.
Perubahan
ini tergambar dari film yang saya tonton di bioskop Turki berjudul Hur Adam.
Dalam film tersebut juga digambarkan bagaimana ulama masyhur di zaman Ataturk,
Said Nursi dilarang untuk berdakwah.
Perubahan Konstitusi
Hampir
setahun saya menetap di Turki, pada tanggal 12 September 2010, negara
berpenduduk 70 juta itu mengadakan referendum. Dalam referendum itu warga Turki
memilih untuk mencoblos ‘ya’ atau ‘tidak’ untuk perubahan Konstitusi Turki.
Hasilnya, dimenangkan oleh ‘ya’ untuk perubahan konstitusi yang mendapatkan
hasil 57,88 persen suara.
Tidak
lama setelah referendum, di akhir tahun 2010, Dewan Pendidikan Tinggi (YOK)
mengeluarkan surat edaran yang berisi pencabutan larangan jilbab masuk
universitas. Sejak saat itu mahasiswi tidak lagi berkumpul di pojok pintu
gerbang kampus untuk melepas atau mengenakan jilbabnya. Beberapa teman saya
yang tadinya tidak berani berjilbab akhirnya mengenakan jilbab ke kampus.
Meski
sudah diberlakukan jilbab boleh masuk kampus, beberapa mahasiswi Indonesia yang
kuliah di Middle East Technical University (METU) yang mengenakan jilbab masih
mengenakan wig untuk menutupi jilbabnya. Mereka beralasan, beberapa dosen
mereka masih tidak menerima akan penghapusan larangan jilbab masuk kampus.
“Daripada nanti bermasalah, mending pakai wig,” ujar Annisa Ike Rossmila asal
Magelang.
Saya
jadi teringat kata-kata yang diucapkan Andi Mallarangeng dalam sebuah diskusi
ketika ia menjabat sebagai Menpora yang berkunjung ke Ankara Turki bersama
rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada Juni 2010. Andi Mallarangeng
saat itu mengatakan bahwa Turki adalah negara extreme secularism.
*(Alumnus
Universitas Ankara Turki, Dosen Komunikasi UIN Jakarta)
Sumber
: http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/14/02/27/n1mk3x-jilbab-dilarang-masuk-kampus-turki#comments-list
Labels: Berita Turki, Pengalaman, Turki
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home