Thursday, February 22, 2018

Hamadan dan Jejak Tiga Kepercayaan

Oleh : Iqbal Satria Nusantara*

Kota-kota kuno zaman old selalu menjadi destinasi yg kurang digandrungi wisatawan zaman now. Karena memang rata-rata kota kuno tidak menjadi sebuah kota besar yang megah yang menaw
arkan segala fasilitas yang nyaman dan gemerlap cahaya kemewahan, lampu-lampu menarik dan lain sebagainya. Tapi justru itulah yg menjadi daya tarik kota kuno. Kulture yg terjaga, suasana lama, bangunan tua nan klasik, transportasi sederhana, atmosfir hiruk pikuk kehidupan abad-abad awal dapat dirasakan. Salah satunya adalah Hamedan, sebuah kota di barat laut Iran, berdekatan dengan Iraq yang merupakan basis peradaban tua di dunia Mesopotamia dan Babylonia.
Kota ini merupakan ibukota Provinsi Hamadān. Seperti provinsi provinsi tua lainnya di dunia dengan kota tuanya, sebut saja Khurosan sebuah wilayah ditimur laut Iran adalah sebuah nama provinsi, mempunyai kota-kota tua salahsatunya Tuss tempat lahirnya Imam Ghozali dan ulama lainnya yg berjuluk al-Thusi. Kemudian ada Syam yang merupakan wilayah/provinsi dengan kota tua Yerussalem, Damaskus dll. Kufah mempunyai kota seperti Bagdad. Maka provinsi/wilayah Hamadan mempunyai kota sekaligus peninggalan kota kuno yang disebut Hamedan.

Kota Hamedan/Hamadan ini telah dihuni manusia sejak ke 3000 SM sehingga merupakan salah satu kota tertua di dunia. Nama kuno kota ini adalah Ecbatana dan Hegmatana yang pernah menjadi ibukota Kekaisaran Media. Perlu diketahui juga Hamedan adalah titik penyeberangan untuk rute perdagangan antara Mesopotamia dengan Persia. Maka begitulah perjalanan kami mencoba merefleksikan para pedagang daripada umat terdahulu dari Mesopotamia melalui Kara Yol menuju Persia bersinggahan di Hamadan antara Tabriz dan Isfahan.

Di kota ini terdapat sebuah monumen berbentuk tugu seperti roket dibawahnya terdapat museum, sekaligus makam seorang polymath terkenal di dunia yang meninggal di kota ini pada tahun 1037 di zaman Dinasti Kakuyud/Boyud dialah  "ar-Ra'is Ibnu Sina" yang menguasai berbagai macam bidang ilmu seperti fikih, metafisika, filsafat, musik, medis. Beliau terkenal dibarat dengan nama Avicena The Physician soerang ahli dalam bidang kedokteran dengan karya monumentalnya al-Qonun Fittibi yg dicetak ulang dibarat dengan nama The Canon.

Kota yang terletak sekitar 360 km barat daya dari Teheran ini bertopografi hamparan dataran rendah berupa padang tidak gersang dan juga tidak tandus berlatarbelakang pegunungan seperti yg digambarkan dalam  film The Physician; film yang bercerita tentang Ibnu Sina. Dimusim dingin gunung Alvand yg berjaga-jaga dibelakang kota selalu diselimuti salju mempercantik Hamadan dengan lekuk putih dipadu dengan cahaya mentari yang menyinari gedung tua dan suasana klasik kota Hamadan.

Dahulunya setelah kota ini dikuasai Dinasti Islam seperti pada periode Abbasiah dan setelahnya, banyak ulama-ulama yang lahir dan berasal dari kota ini. Mereka biasanya begelar Al-Hamadani, salah satunya yang terkenal seperti Syeh Yusuf Al-Hamadani. Sedangakan Ibnu Sina tidaklah lahir di kota ini melainkan berasal dari kota Bukhoro (sekarang Uzbekiztan) daerah utara Khurosan di zaman Dinasti Samaniyah.

Penduduk kota Hamadan sangat bangga dengan warisan sejarah kota. Sumber lain kebanggaan mereka adalah Ibnu Sina yang dimakamkan di Hamadan. Banyak Sekolah dasar, sekolah tinggi, dan universitas kota dinamakan Ibnu Sina. Bahkan toko-toko dan pusat perbelanjaan dinamakan Ibnu Sina. Jalan Bouali adalah salah satu jalan yang sangat sibuk dan lokasi favorit para Hamadanian untuk berjalan naik dan turun jalan di mana mereka sering bertemu kenalan mereka.  Sekarang jalan ini difasilitasi mobil listrik bertenaga matahari untuk dinikmati penduduk kota dari pagi sampai siang hari. Taxi resmi berwarna kuning dan taxi angkot berwarna hijau banyak sekali ditemukan disudut kota sampai taksi ilegal pun banyak ber-kongkow ria di pinggir jalan menjelang ke terminal antar kota menjajakan jasa, bahkan bisa dikatakan kebanyak pekerja laki-laki di kota ini selain kerja kantoran mereka berkerja sebagai sopir.

Money changer merupakan hal langka di kota ini, jika kita berada di dekat di pusat kota pasti orang-orang akan menunjukan ke arah jalan Baba Tahir. Dari alun-alun kota; menyerupai bundaran HI di indo dimana pinggirannya terdapat hotel, bank, dan gedung kuno khas Romantisisme Eropa; ke arah turunan jalan Baba Tohir sekitar 100 meter dipinggir jalan tersebut bisa ditemukan sebuah money changer kecil, mungkin memang karena jarang wisatawan asing berkunjung ke kota ini. Transportasi dari kota lain menuju kota ini pun sangat jarang, bisa dibilang hanya manusia yg tertarik dengan sejarah saja yg berkunjung. Oleh karena itu tak heran jika dihari itu mungkin hanya aku dan dua kawan saja yg berjuluk tourist.

Tak jauh ke arah timur laut 150 meter dari money changer terdapat sebuah makam kuno berbentuk seperti kubah masjid berwarna coklat krem berumur 2400 tahun kepunyaan sesepuh bangsa Yahudi dialah Ester dan Mordekhai. Ester sangat terkenal dikalangan pengikut agama samawi ini sebagai seorang ratu di zaman persia kuno dulu. Ester sendiri merupakan nama sebuah Kitab di dalam perjanjian lama alias taurat alias kitab suci bangsa Yahudi yg berbahasa Ibrani. Mordekhai disebutkan dalam kitab ester sebagai seorang pahlawan bagi umat yahudi persia kuno dulu. Kami dipersilahkan masuk oleh seorang kakek tua penunggu makam ini, sudah pasti beliau adalah seorang Yahudi tulen, sambil sesekali membaca mantra berbahasa asing yg jelas; bukan iran, turki, arab, apalagi inggris, mungkin bahasa ibrani, beliau menjelaskan perihal makam ini dan menunjukkan tempat peribadatan Yahudi didalam makam tersebut, tak lupa sang kakek meminta donasi sebesar 100 tuman iran. Ketika keluar komplek makam segelintir orang Iran bertanya apakah kita muslim? "are are" (iya) kita jawab. Lalu......... kita berlalu.

Sebagaimana judulnya bahwa Hamadan "One of the most ancient city" maka selain peninggalan Umat Islam dan Yahudi, Hamadan juga mempunyai Gereja Tua "The Armenian Church"  yg terletak di puing-puing kota kuno Hagmetana alias Hamadan Lama yg terletak di atas Terminal pasar Tua Hamadan. Kawasan ini adalah sebuah bukit dan tanah gersang yang menyimpan batu2 kota kuno hagmetana, gerbang Kota tua, dan dua Gereja tua yang saling berhadapan. Dari atas Hagmetana tampak seluruh kota Hamadan dengan kecantikannya. Dari kejauhan tampak sebuah gedung bulat disebelahnya gedung beratap gelombang. Gedung tersebut adalah terminal "payaneh" antar kota dimana bis yg mengantarkan kami dari Isfahan singgah... ditempat itulah kami akan berangkat ke kota Tabris beberapa saat kemudian.

* Mahasiswa S2 Jurusan Hukum Islam, Universitas Marmara

Labels: , ,

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home