Segelas Teh
Oleh Abdul Aziz
Teh adalah sesuatu yang paling berharga dari
sesuatu-sesuatu yang lain di Turki. Bahkan jika ada sesuatu yang pertama kali
menyambut kedatangan kamu di Turki, ia adalah teh itu sendiri. Untuk bisa
menceritakan profil teh dengan baik, saya pun mengundang segelas teh hangat di
samping saya sebagai inspirasi yang kian menghangatkan cerita-cerita saya
nantinya.
Teh begitu terkenal dimana-mana, bahkan setiap
negara memiliki tradisi dengan nama yang sama namun cara yang sangat mungkin berbeda.
Di antara negara yang memiliki budaya teh umumnya seperti Jepang, Korea, China,
mungkin Indonesia juga, dan ternyata Turki pun ada. Di Turki upacara teh tidak
serumit di Jepang, Korea, ataupun negara yang lain. Meski sederhana akan tetapi
masih tetap mempunyai cita rasa, nilai-nilai, dan juga budaya.
Dari segelas teh ternyata bisa melahirkan banyak hal,
termasuk sastra. Salah satunya adalah cerita “Segelas Teh” dari Turki,
Üst demlik; gelindir, alt demlik
kaynadıkça onun harareti artar, ama ayni zamanda olgunlaşır ve çay demlenir
(Teko
bagian atas adalah seorang pengantin perempuan, ketika teko bagian bawah sedang
mendidih maka panas akan bertambah, namun pada waktu yang sama mematangkan dan
teh pun terseduh.)
Bardak; gelinin kocasıdır. Her iki
çaydanlıktan da yeterince nasibini alır.
(Gelas;
suami dari pengantin. Dia akan mendapatkan jatah yang cukup dari kedua teko.)
Biraz kaynana doldurur,birazda
gelin. Bu nedenle denge unsuru çok önemlidir açık yada demli çayın hoşa
gitmemesi bundandır.
(İbu
mertua sedikit-sedikit mengisi, sedikit-sedikit juga si pengantinnya. Oleh karenanya
keseimbangan sangatlah penting, antara kecerahan dan kehitamannya, ketidaksukaan
terhadap teh mungkin karena ini.)
Çayın şekeri; ise çocuklardır. Çaya
tat verir fakat çok şeker çayın lezzetini bozar. Şekersiz çaya alışanlar için
ise bir tanesi bile fazla gelebilir.
(Gula
teh adalah anak-anak. Dia memberi rasa pada teh namun banyak gula malah merusak
kenikmatan. Bagi mereka yang terbiasa tanpa gula mungkin satu gulapun tergolong
berlebihan.)
Çay kaşığı; görümcedir. Arada bir
gelir karıştırır ve gider.
(Sendok
teh adalah ipar. Kadang-kadang ia datang mencampuri dan pergi.)
Kayınpedere gelince; o da çay
tabağıdır. Çayın demine suyuna hiç karışmaz, bir köşede sessiz sedasız bir şekilde oturur. Sadece
dökülenleri toplar ve çevreye zarar vermesini engeller. Ancak ara sıra
boşaltmak gerekir yoksa taşıp her şeyi berbat edebilir.
(Ayah
mertua adalah piring teh. Dia tidak mencampuri seduhan maupun airnya, dia duduk
di ujung tanpa suara. Dia hanya mengumpulkan bagian yang tertumpah dan
melindungi bahaya di sekitar. Namun kadangkala ia perlu mengosongkan kalau
tidak ia terus menampung dan bisa jadi menghancurkan segalanya.)
Çay süzgeci; ailenin sahip olduğu
değerlerdir. Aileyi dış müdahalelerden korur. Delikleri büyük olursa çayın tadı
kaçabilir.
(Saringan
teh adalah nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga. Dia melindungi keluarga
dari bahaya luar. Jika saja lobang saringan terlalu besar maka rasa teh pun
bisa hilang.)
Suyu ısıtan ateş ise hoşgörüdür, o
olmadan hoşgörü de olmaz.
(Sedang
api yang menghangatkan air adalah toleransi, tanpanya toleransi pun tak ada.)
Kısacası bir bardak çay AiLEDiR,
(Pendeknya
segelas teh adalah KELUARGA,)
Ve ağız tadıyla içilen bir bardak
çayın üstüne yoktur...
(Dan
tidak ada yang lebih dari segelas teh yang diminum dengan rasa mulut...)
Bagaimana? Cukup bermakna kan segelas teh itu? İya,
teh di Turki terdiri dari dua buah teko bertumpuk besar di bawah dan kecil di
atas, gelas teh itu sendiri, gula, piring kecil teh, sendok teh, saringan, dan
api. Begitulah bentuk sederhana teh Turki.
Pernah saya mendengar cerita dari seseorang bahwa
segelas teh itu bisa menjadi perantara seseorang masuk İslam. Wah, bagaimana
ceritanya?
Sebenarnya cerita ini saya dengar dari seorang Abi, salah seorang kakak yang bergelut
dalam Hizmet Movement (Pergerakan
Hizmet). Sampai saat ini gerakan Hizmet sudah sampai di 160 negara di dunia. Mereka
adalah orang-orang yang rela meninggalkan tanah lahir mereka menuju ke semua
tempat karena lillahi Ta’ala
insyaAllah. Tujuan mereka hanya satu, “semua orang mengenal Muhammad Shallahu alaihi wasallam.”
Negara Barat adalah negara yang berkembang dan maju.
Jika kamu pernah tinggal di perkotaan tentunya kamu tahu bagaimana keadaannya,
dan Negara Barat adalah seperti itu. Pemukiman berbentuk apartemen dan
lain-lain. Mungkin sudah jarang sekali ada tetangga yang saling mengenal satu
sama lain. Mereka disibukkan dengan hal masing-masing. Hingga suatu hari ada
keluarga muslim Turki yang datang di kota mereka. Kadang sepekan sekali dua
kali keluarga ini mengundang para tetangga untuk datang dengan alasan meminum
teh.
Dari situ antara satu dengan yang lain saling
mengenal dengan baik. Hanya dengan alasan segelas teh, maka kehangatan itu ada.
Hingga pada suatu hari sebagian tetangga jatuh cinta dengan perlakuan mereka. Mereka
bertanya, “Apakah gerangan ilmu dari semua ini?” keluarga muslim itu
mengatakan, “İtu adalah ajaran İslam agama kami.” Seketika mereka menyatakan
masuk İslam dengan ikhlas. Perhatikan! Hanya dengan segelas teh dan bumbu cinta
ajaran İslam...
Mungkin cerita itu sudah saya lebih-lebihkan dan wallahu a'lam, karena
cerita tepatnya saya tidak begitu ingat, mohon maaf teman...
Bagi teman-teman yang tinggal di Turki mungkin sudah
tahu; teh bagi yang mengerti filsafatnya bisa berarti segala-galanya, mungkin
teh adalah di setiap waktu, teh adalah penghubung hati ke hati, teh adalah
kehidupan, teh adalah penghibur ketidak-adanya jalan keluar, teh adalah obat
yang mujarab, dan seterusnya. Beginilah budaya teh di Turki, mungkin ada dari
teman kita disini yang sudah bisa menyesuaikan diri, mungkin juga masih dingin
dengan teh itu sendiri. Semuanya bebas menyikapi; yang jelas ambil apa itu yang
bermanfaat dan silahkan tinggalkan apa yang membuat mudharat.
Sumber : http://alakhabdulaziz.blogspot.com.tr/2014/03/segelas-teh.html
Labels: Pengalaman, Tulisan, Turki
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home