Ke Turki, Apa yang Kau Cari?
Oleh
Abdul Aziz
Adalah
sebuah pertanyaan yang perlu dipikirkan dan direnungkan. Kedatangan kita pada
suatu tempat harus bernilai dan tidak menjadi hal yang sia-sia. Jarak yang
terbentang antara dua negara ini tidak dekat, ada sekitar 9097 km, atau dengan
hitungan jam menggunakan pesawat terbang misalnya sekitar 15 jam perjalanan. Kadang
kita merasa hidup ini tidak bertujuan, kita selalu memiliki keinginan yang
selalu berubah, tempat tujuan yang selalu tidak terarah. Maka pertanyaan itulah
yang akan mengingatkan kita akan tujuan awal yang pernah dan harus terus kita
perjuangkan.
Ketika
kita ditanya dengan pertanyaan, “Ke Turki, apa yang kau cari” apa yang mungkin
menjadi jawaban kita;
1.
Pendidikan
Kebanyakan
warga Indonesia yang berada di Turki adalah pelajar. Baik itu S1, S2, S3, dan
seterusnya. Tentunya mereka datang tidak untuk bermain-main sebagaimana
layaknya seorang turis ketika berlibur. Mereka sedang melanjutkan pendidikan
yang lebih tinggi dari sebelumnya. Kenapa mereka tidak melanjutkan di tanah air
saja? tentunya uang tidak akan terbuang lebih banyak dari pada ke Turki?
İya,
mungkin itu adalah pandangan materinya. Namun, alasan kenapa mereka memilih
tempat yang lebih jauh, kenapa harus Turki, atau kenapa harus negara luar negri
yang jauh adalah bukan permasalahan keuangan. Akan tetapi, mereka beranggapan
jauhnya jarak ini akan bisa menumbuhkan kesungguhan, atau bisa jadi juga mereka
datang karena disini pendidikan lebih maju, artinya mereka sedang berjuang
untuk maju. Jadi, permasalahan keuangan bukanlah hal besar, karena ilmu memang
mahal.
Meski
ada yang datang karena permasalahan uang. Beasiswa adalah anugerah terbesar
bagi para pelajar dimanapun. Tidak sedikit warga Indonesia yang kurang mampu
dalam uang, tapi mampu dalam kesungguhan. Untuk mereka inilah beasiswa
diciptakan. İmpian yang pernah punah itu kini hidup kembali.
Bagi
yang kaya membayar mahal ilmu itu dengan uang, tapi masih kurang. Kadang uang
tidak memiliki kesungguhan, hanya mendapatkan jauh dan lelah, tanpa hasil. Uang
masih perlu dengan sungguh-sungguh, akan selalu perlu. Mereka yang miskin tidak
memiliki uang, tetapi mereka mempunyai kesungguhan. Maka dari itu, mereka
seimbang. İlmu adalah permasalahan kesungguhan, man jadda wajada.
2.
Masa Depan
Turki
adalah negara yang menjanjikan masa depan yang baik. Bukan hanya pendidikan saja yang menjadi daya tarik mereka para
pendatang dari luar Turki. Apakah ada pendatang Indonesia yang seperti ini? Ada
tapi tidak banyak. Mayoritas warga Indonesia di Turki masih para pelajar. Masa depan
yang menjanjikan yang saya maksudkan bukan untuk menjadi pekerja rumah tangga. Sudahlah,
berhentilah berpikir untuk menjadi tenaga kerja yang di rumah-rumah seperti
itu. Maksud saya ya lebih dari itu.
Ada
sebagian teman yang memanfaatkan kesempatan ini untuk berbisnis dan saya
menyaksikan perkembangan bisnis itu. Tidak sedikit juga warga negara kita yang
menjadi setengah warga negara Turki. Kebanyakan yang saya lihat adalah wanita
yang menikah dengan orang Turki. Mereka juga mendapatkan masa depan yang baik. Masa
depan juga berarti cinta.
3.
Wisata
Turki
adalah negara yang memiliki aset wisata tidak sedikit. Peninggalan masa lalu
yang masih ada sampai sekarang menjadi perhatian menarik orang-orang datang
dari segala penjuru. Bahkan, karena saking menariknya kami para pelajar kadang
tergoda untuk menikmati wisata-wisata itu. Namun seperti biasa, wisatawan hanya
berkeliling saja, mengambil gambar, bersenang-senang, lalu pergi.
Ada
banyak peninggalan Islam yang sangat penting di Turki. Mungkin itu yang paling
menarik, bekas-bekas kejayaan kerajaan Islam terbesar dunia. Tidak sedikit
turis yang masuk Islam setelah berkunjung kesini. Ada juga yang datang untuk
penelitian.
4.
Ridho Allah
İni
mencakup semua tiga permasalahan di atas. Pertanyaan di atas, “Ke Turki, apa
yang kau cari?” adalah pertanyaan yang saya ambil dan rubah dari aslinya, “Ke
Gontor, apa yang kau cari?”
Tulisan
ini saya hadiahkan untuk mereka yang sedang belajar ataupun yang akan belajar
di Turki. Dahulu, ketika masih di Gontor pertanyaan ini terpampang besar di
gedung-gedung asrama, pintu gerbang, juga spanduk, sampai sekarangpun masih
ada. Sebagai santri, ketika saya membaca tulisan itu seakan saya sedang
disetrum kembali untuk mengingat tujuan awal kenapa saya datang. Dari situ saya
bisa bersungguh-sungguh dalam belajar.
Jawaban
yang mungkin sering didengar dari para santri adalah pendidikan dan pengajaran.
Gontor mempunyai pemahaman pendidikan yang indah. Kata Gontor, “Apa yang kamu
lihat, apa yang kamu dengar, apa yang kamu rasakan adalah pendidikan.” Maka dari
itu pendidikan menjadi alasan kenapa mereka datang.
Pertanyaan
di atas hanyalah pertanyaan, sedang jawaban bisa berlainan oleh siapapun. Entah,
apakah Trimurti (pendiri pondok) sengaja meletakkan pertanyaan yang tidak
berjawaban itu, bagi saya pertanyaan itu adalah agar setiap santri bisa
menjawab dengan sendiri sekarang ataupun nanti.
Di
perkumpulan kami yang diadakan di kota Ankara beberapa bulan yang lalu juga
membahas tentang ini. Dicky Rahmat Pauzi, salah seorang senior kami bercerita bahwa jawaban yang
dia dapat dari pertanyaan itu baru dia temukan saat ia telah menjadi alumni. Apa
jawaban itu?
“Ke
Gontor, apa yang kau cari?”
“Ridho
Ilahi,” jawabnya dengan matang. Jawaban ini adalah hasil perenungan yang tidak
sebentar, setelah mengulang kembali kenangan selama di pesantren, “Jadi, semua
yang telah kita kerjakan di pesantren dulu itu sebenarnya adalah hanya untuk
ridho ilahi.”
Nah,
ke Turki, apa yang kita cari? Bagaimana kalau saya tawarkan “untuk ridho ilahi,”
mau? Mau dong. Apalah arti pendidikan yang tinggi, apalah arti masa depan,
apalah arti berwisata tanpa adanya ridho Allah!
Sama halnya kedatangan kita ke dunia, “Ke dunia, apa yang kalian cari?”
Kahramanmaras
Turki, 15 Feb 2014
Labels: Gontor, Pendidikan, Pengalaman, Tulisan
6 Comments:
aku nyari tasreh radz...:)
Haha... Tasrih izin gak masuk kelas? :)))
setuju. Tapi tetap menurut saya. Untuk pelajaran syari lebih ahsan mendahulukan negara dengan berbahasa arab :)
Sebutin donk nama seniornya, biar kita tahu siapa sih? gak boleh loh menyebutkan kata-kata tanpa menyebutkan nama pemikirnya.
masbrooo minta info persyaratan untuk ksna dong, untuk program pasca sarjana
Mba Nabila, İya tentunya untuk belajar ilmu Syariah lebih baik di negara-negara Arab, Madinah dan Mekkah Khususnya. Namun, setiap tempat memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri.
Kang Dicky, iya, dah disebut tuh. *maksa amat, ketahuan gak ikhlas kwkwkw
Mas Chorul Umam, lengkapnya mas bisa ikuti link ini mas; http://www.turkiyeburslari.gov.tr/index.php/en/turkiye-burslari/basvuru-sartlari
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home