Pulpen, Sikat Gigi dan Sandal
Oleh Deden Mauli
Darajat
Tiga barang ini
sangat berguna bagi para pelajar yang berasrama. Dulu ketika saya belajar di
Gontor, saya punya banyak pulpen. Bahkan, saya membeli satu lusin pulpen di Rangkasbitung sebelum
berangkat ke Gontor. Satu lusin pulpen itu digunakan untuk satu semester.
Seharusnya
selusin pulpen itu tidak habis digunakan untuk satu semester. Tetapi
permasalahannya tidak sesimpel itu. Pulpen habis bukan hanya digunakan untuk
menulis. Yang paling tragis adalah pulpen itu ketinggalan atau hilang atau
dijadikan pengaduk minuman.
Menurut survey
kecil-kecilan yang saya lakukan ketika menjadi ketua koperasi pelajar di
Gontor, saya melihat ada beberapa hal yang paling dicari para santri. Yang
pertama adalah pulpen, kedua sikat gigi dan ketiga sandal. Bahkan di koperasi satu
pekan saja biasanya terjual hingga tiga karung sandal jepit.
Entah berapa
sikat gigi yang saya punya ketika menjadi pelajar di Gontor. Apalagi ketika
menjadi santri lama. Kebutuhan pokok untuk mandi adalah sikat gigi, odol dan
sabun, sesekali sampo. Ada fungsi yang lebih dari sikat gigi yaitu berfungsi
sebagai alat antre santri untuk mandi. Jadi cukup menyimpan sikat gigi yang
dikaitkan ke pintu kamar mandi itu menjadi alat untuk mengantre.
Ini tidak begitu
berlaku bagi santri baru. Biasanya santri baru menggunakan alat untuk mengantre
dengan menyimpan gayung di depan pintu kamar mandi yang berjejeran. Menjadi santri
lama adalah menjadi santri yang simpel. Jika tidak punya pasta gigi cukup
membawa sikat gigi dan meminta odol ke santri lain di sekitaran kamar mandi.
Fungsi lain dari
sikat gigi di pesantren adalah sebagai alat untuk menabuh gendang ketika
perlombaan folksong antar asrama. Bisa juga itu sikat gigi digunakan untuk
mengaduk kopi atau mie instan disebabkan ketidakadaan atau kelangkaan sendok.
Penggunaan sikat gigi sebagai alat pengaduk minuman dan makanan itu tetap saja
tidak berpengaruh pada kesehatan kami para santri. Bahkan semuanya terasa
nikmat.
Lain lagi dengan
sandal. Sandal adalah barang yang sangat berharga bagi para santri. Entah
berapa banyak saya membeli sandal ketika menjadi santri di Gontor. Sebab sandal
ini mudah hilang atau terpakai orang. Untuk menyiasati untuk tidak kehilangan
sandal ketika kami beribadah di masjid adalah dengan menggembok sandal kami. Ajaibnya
terkadang harga gembok lebih mahal dari harga sandal sendiri.
Ini sangat
berbeda ketika saya menjadi pelajar pascasarjana di Ankara Turki. Selama saya
kuliah di Turki saya hanya punya satu sandal. Dan sandal itu hanya digunakan
selama di dalam asrama atau di apartemen. Selebihnya saya menggunakan sepatu. Pergi
kemana saja menggunakan sepatu.
Karena di Turki
cuacanya lebih banyak dinginnya tinimbang panas, hanya tiga bulan saja musim
panas. Musim semi dan musim gugur bagi saya masih terasa dingin. Menurut teman
saya orang Turki, penyakit datang dari bawah kaki yang tidak tertutup. Makanya
banyak orang Turki pakai sepatu walau di musim panas.
Di atas semua
itu, pulpen, sikat gigi dan sandal adalah salah satu syarat, menurut Imam
Syafii, yang harus dipenuhi oleh pelajar. Syarat mendapatkan ilmu itu ada enam,
kata Imam Syafii, pertama, dzaka’ (kecerdasan), hirs (kemauan keras), ijtihad
(sungguh-sungguh), dirham (harta), suhbah asatid (bimbingan guru) dan tul
alzaman (masa yang panjang). Ketiga barang yang disebut di atas itu termasuk
dalam harta atau dirham.
Labels: Pengalaman, Tulisan
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home