Kader Komunis Turki Belajar Bahasa Spanyol
Oleh
Deden Mauli Darajat*
Peralihan
dari Kesultanan Turki Usmani menjadi Republik Turki pada 1923 mengubah paham
ideologi di semenanjung Anatolia. Turki pasca Perang Dunia I menjadi negara
sekuler yang memisahkan antara negara dan agama, yang sebelumnya hampir lima
abad berideologi Islam.
Adalah
Safak, teman sekamar saya di asrama Cebeci di Ankara yang menempuh program
studi (prodi) bahasa dan sastra Spanyol di Universitas Ankara. Saya bertanya
kepada Safak, mengapa dirinya memilih jurusan bahasa Spanyol. Dalam bayangan
saya, orang yang belajar bahasa Spanyol bertujuan ingin berkunjung ke Spanyol,
bekerja di Spanyol, atau bekerja pada hal-hal yang ada kaitannya dengan
Spanyol.
Di
luar dugaan saya, Safak menjawab bahwa dia memilih prodi bahasa dan sastra
Spanyol karena ingin berkunjung ke Kuba, bukan untuk bisa pergi ke Spanyol.
Menurut Safak, Kuba adalah negara yang berideologi komunis. Dia bermimpi suatu
ketika bisa belajar tentang komunis selama minimal setahun di Kuba. Karena
mimpi itulah ia berusaha keras untuk dapat bisa berbahasa Spanyol, yang
merupakan bahasa yang banyak digunakan di Kuba.
Safak
mengaku sebagai kader Partai Komunis Turki (TKP). Suatu ketika saya diajak ke
kantor TKP di Kizilay, pusat kota Ankara. Karena keingintahuan yang kuat, satu
waktu saya menerima ajakannya untuk berkunjung ke kantor TKP.
Setiap
akhir pekan, papar Safak, di kantor TKP di Ankara selalu diadakan diskusi
tentang komunis. Pembibitan kader partai di Turki, kata dia, memang dijaring
sejak bangku SMA. Ada juga yang melakukan pengkaderan partai di Turki dimulai
saat seseorang menjadi mahasiswa di Universitas. Para kader setingkat mahasiswa
menjadi mentor bagi kader di tingkat siswa SMA.
Safak
merupakan salah satu contoh bagaimana sistem pengkaderan partai di Turki dijalankan.
Bagi para mahasiswa Turki yang tertarik dengan partai politik, mereka dapat
langsung bergabung dengan partai itu. Bahkan di kamar saya di asrama, selain
Safak ada juga ketua mahasiswa Partai Pergerakan Nasionalis (MHP), bernama
Ibrahim, tapi teman-temannya memanggil dia dengan ‘Reis’ yang bermakna ketua
atau pemimpin.
Para
mahasiswa di asrama cebeci ataupun luar asrama yang menyebut dirinya sebagai
kader atau partisan partai MHP sangat menghormati Reis. Pernah suatu kali Reis
mengajak saya untuk ikut dalam kegiatan partainya.
Ketika
kapal Mavi Marmara milik Turki diserang oleh Israel dan menyebabkan sembilan
warga Turki meninggal dunia pada 22 Mei 2010 lalu, para mahasiswa kader MHP
berkumpul di suatu tempat untuk melakukan aksi protes kepada Israel. Reis
mengajak saya ikut dalam aksi itu. Saya tertarik juga untuk mengetahui
bagaimana aksi para mahasiswa, apa saja persiapan aksi tersebut.
Saya
bersama Reis datang ke sebuah apartemen di bilangan Dikimevi. Salah satu
apartemen itu adalah kantor cabang Partai MHP. Dalam rapat itu Reis memberikan
arahan kepada rekan-rekannya tentang bagaimana aksi atau demonstrasi yang akan
dilakukan. Wibawa Reis begitu tinggi. Hal ini terlihat ketika tidak ada seorang
pun yang berbicara selain Reis. Semua orang mendengarkannya dengan khusyuk.
Partai
MHP adalah partai gerakan nasionalis. Meski berideologi nasionalis partai MHP
juga sedikit religius dalam kegiatan yang dilakukan oleh kader setingkat
mahasiswa yang dipimpin Reis. Setiap malam Jumat para kader MHP di asrama
berkumpul di mushalla asrama untuk mengaji surat Yasin, yang dilanjutkan
kemudian dengan diskusi. Pihak asrama Cebeci waktu itu tidak melarang akan
kegiatan ini.
Berlakunya
ideologi sekuler di Turki, yang disebut oleh Andi Mallarangeng sebagai negara
extreme seculerism, membuka paham ideologi apapun boleh masuk ke dalam negara
tersebut. Meski begitu, konstitusi Turki tetap melarang ideologi Islam sebagai
asas sebuah partai politik. Hal ini disebabkan dalam pemahaman ideologi sekuler
agama harus terpisah dari negara.
Partai
Keadilan dan Pembangunan (AKP) yang merupakan pemenang Pemilu Turki tahun 2011
adalah partai yang didukung oleh masyarakat yang berideologi Islam. Namun
demikian, petinggi Partai AKP mengaku bahwa partainya adalah partai nasionalis sekuleris
bukan partai yang berideologi Islam. Hal ini menurut mereka sesuai dengan
konstitusi Turki. Partai AKP pada pemilu 2011 mendapat suara terbanyak sebesar
49,95 persen suara.
Sementara itu Partai MHP pada pemilu 2011 mendapat
suara terbanyak ketiga dengan perolehan suara sebanyak 12,98 persen. Sedangkan
di urutan kedua ada Partai Rakyat Republik (CHP) yang mendapat suara sebesar
25,94 persen. Pemilu Turki pada 2011 itu diikuti oleh 24 partai politik dan
menempatkan Partai Komunis Turki (TKP), yang Safak merupakan salah satu
kadernya, mendapatkan peringkat ke-12 dengan perolehan suara sebesar 0,14
persen.
*(Alumnus
Universitas Ankara Turki/Dosen Komunikasi UIN Jakarta)
Sumber
: http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/14/03/09/n260a3-kader-komunis-turki-belajar-bahasa-spanyol
Labels: Berita Turki, Pengalaman, Tulisan, Turki
0 Comments:
Post a Comment
Subscribe to Post Comments [Atom]
<< Home